Sejarah Gunung Anak Krakatau yang Sempat Meletus 22 Desember 2018 dan Timbulkan Tsunami di Banten-Lampung

- 22 Desember 2021, 19:08 WIB
PRAJURIT KRI Torani 860 mengamati aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi di Perairan Selat Sunda, Jumat, 28 Desember 2018.*/ANTARA
PRAJURIT KRI Torani 860 mengamati aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi di Perairan Selat Sunda, Jumat, 28 Desember 2018.*/ANTARA /

Tampilan pulau ini didominasi oleh gunung api yang masih selalu aktif, Gunung Anak Krakatau.

Hampir setiap waktu, hanya dengan jeda beberapa bulan, gunung ini selalu meletus kecil dengan tipe "Stromboli", berupa letusan eksplosif yang memancarkan material baru ke udara, untuk membangun tubuhnya.

Baca Juga: Tsunami Terjang Banten dan Lampung Usai Letusan Gunung Anak Krakatau, Ratusan Jiwa Melayang 22 Desember 2018

Aktivitas yang menunjukkan kemunculan pulau ini dimulai pada tahun 1927, di titik yang dulunya adalah laut dengan kedalaman 27 m dan sebelumnya pernah menjadi bagian daratan Pulau Rakata.

Sejak 1930 pulau ini tidak lagi tergerus air laut dan dengan demikian menjadi pulau termuda di Indonesia yang terbentuk melalui aktivitas vulkanik.

Seusai letusan kataklismik Gunung Krakatau pada tahun 1883, Pulau Rakata kehilangan kira-kira 2/3 tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, serta menyisakan paruh selatan Gunung Krakatau, yang sekarang tetap disebut Pulau Rakata.

Bagian yang "hilang" ini menjadi laut dangkal. Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, pada awal tahun 1927 mulai tampak aktivitas vulkanik di titik di antara bekas puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, dengan munculnya kepulan asap disertai letusan-letusan kecil.

Usia daratan yang sempat muncul hanya seminggu, karena kemudian diruntuhkan kembali oleh gelombang laut. Beberapa bulan kemudian aktivitas vulkanik dimulai lagi hingga membentuk daratan.

Baca Juga: Eks Kades di Lembang Didakwa Korupsi Rp 50 Miliar Minta Dibebaskan Hakim, Begini Alasannya

Karena hujan dan gelombang, daratan ini kembali runtuh di bawah permukaan air laut kembali setelah aktivitas vulkaniknya terhenti.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah