Contoh Teks Ceramah Idul Fitri 1443 H: Pelajaran dan Pendidikan Selama Bulan Suci Ramadhan

- 28 April 2022, 14:05 WIB
Ilustrasi Idul Fitri / Contoh Teks Ceramah Idul Fitri 1443 H: Pelajaran dan Pendidikan Selama Ramadhan
Ilustrasi Idul Fitri / Contoh Teks Ceramah Idul Fitri 1443 H: Pelajaran dan Pendidikan Selama Ramadhan /pixabay.com / stratageme2015

GALAMEDIA - Ramadhan kini sudah memasuki hari ke-26. Tak terasa seluruh umat Islam di dunia akan berjumpa dengan hari Raya Idul Fitri 1443 H/2022 beberapa hari lagi.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari bulan suci Ramadhan yang kemudian bisa kita praktekan kembali setelah Ramadhan berlalu.

Dilansir dari ngaji.id, berikut rangkuman teks ceramah Idul Fitri tentang pelajaran dan pendidikan Ramadhan.

Ummatal Islam,

Segala puji bagi Allah yang memberikan kepada kita kenikmatan yang besar, dimana Allah memberikan kepada kita kemudahan untuk melaksanakan sebuah ibadah yang besar, ibadah yang agung, yaitu bulan Ramadhan, bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an, bulan yang sangat istimewa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang diturunkan padanya Al-Qur’an, di dalamnya sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan.

Saudara-saudaraku sekalian,

Bulan Ramadhan Allah syariatkan kepada kita, tiada lain adalah untuk kebaikan diri kita. Allah ingin mendidik kita dengan bulan Ramadhan. Tidak ada sekolah yang lebih baik daripada sekolah Ramadhan, karena disanalah ditempa keimanan kita, ditempa kesabaran kita, ditempa dengan ketaatan-ketaatan.

Baca Juga: Usai Diresmikan, Pedagang Ingin Segera Gunakan Pasar Rakyat Jabar Juara Ciranjang

1. Pendidikan sabar
Ketika kita berpuasa, kita diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebuah pendidikan agar kita bersabar dengan tiga derajatnya; yang pertama yaitu sabar di atas ketaatan yang merupakan tingkat kesabaran yang paling tinggi. Kita berusaha untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kita berpuasa, menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa.

Yang kedua, kita dididik untuk sabar untuk meninggalkan kemaksiatan, bahkan perkara yang mubah, yang sia-sia, yang tidak bermanfaat, sangat dianjurkan kita untuk meninggalkannya dibulan Ramadhan tersebut. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ

“Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makan dan minum,”

Maka ketika seseorang sabar untuk meninggalkan kemaksiatan, sungguh sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya, disaat ia diberikan oleh Allah untuk meninggalkan kemaksiatan.

Yang ketiga, kesabaran menghadapi musibah. Musibah lapar, musibah kehausan, itu adalah merupakan musibah yang menimpa kita disaat kita berpuasa.

Maka tiga derajat kesabaran ini Allah berikan kepada kita agar menjadi suatu bekal yang kita senantiasa pegang setelah bulan Ramadhan. Kita berusaha untuk sabar setelah itu dengan shalat kita, dengan bacaan Al-Qur’an kita, dengan shalat malam kita, dengan pauasa kita.

Ketika seseorang istiqamah setelah Ramadhan di atas ketaatan, sungguh dia telah merasakan Ied yang sebenarnya. Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma’arif berkata:

ليس العيد لمن لبس الجديد

“Bukanlah hari raya itu bagi orang yang memakai pakaian baru,”

إنما العيد لمن طاعاته تزيد

“Akan tetapi bagi orang yang ketaatannya bertambah.”

Setelah Ramadhan semakin bertambah ketaatan dia kepada Allah. Sebelum Ramadhan mungkin ia jarang shalat tahajud, setelah Ramadhan semakin ia rajin shalat tahajud. Sebelum Ramadhan mungkin ia kurang membaca Al-Qur’an, kurang untuk melaksanakan shalat sunnah, tapi setelah Ramadhan semakin bertambah ketaatan dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah saudaraku.. Tanda orang yang diterima ibadahnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena hakikat ibadah puasa adalah untuk menimbulkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)

Inilah tujuan yang Allah inginkan dari puasa, yaitu ketakwaan. Dimana hakikat ketakwaan adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangan-laranganNya.

Ketika seorang hamba setelah Ramadhan, kuat ia untuk menaati Allah, menjauhi kemaksiatan, demi Allah itu tanda bahwasanya Ramadhannya diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi ketika setelah Ramadhan tidak ada perubahan, setelah Ramadhan ia kembali kepada perbuatan maksiatnya yang dulu, setelah Ramadhan ternyata sama sekali tidak menjadi sesuatu yang menjadi perisai dia daripada perbuatan maksiat, itu tanda bahwasanya puasanya tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Berikut Jadwal One way dan Ganjil Genap Untuk Antisipasi Kepadatan Kendaraan di Puncak Mudik Lebaran 2022

 

2. Pendidikan keikhlasan dan tauhid
Pendidikan kedua yang Allah inginkan daripada bulan Ramadhan, mendidik keikhlasan kita, tauhid kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika kita di bulan Ramadhan, kita berusaha untuk mengikhlaskan amal ibadah kita karena Allah. Doa kita hanya kita panjatkan kepada Allah, tawakal kita berikan hanya kepada Allah, sujud kita, rukuk kita, bahkan semua ibadah kita hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Ummatal Islam,

Pendidikan yang sangat agung dari bulan Ramadhan. Kita senantiasa berharap rahmat dan kasih sayang Allah, kita senantiasa berharap akan ampunan Allah. Di bulan Ramadhan, berapa banyak hamba-hamba yang dimerdekakan oleh Allah dari api neraka? Namun kita tidak tahu apakah kita termasuk orang-orang yang dimerdekakan atau tidak? Kita hanya bisa berharap kepada Allah, kita hanya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah mengampuni diri-diri kita dan memerdekakan kita dari api neraka.

3. Pendidikan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Pelajaran ketiga yang Allah inginkan dari sebuah pendidikan di bulan Ramadhan ini, yaitu agar kita menjadi seorang hamba yang betul-betul memurnikan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bukankah orang yang berpuasa tapi tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Bukankah orang yang membuat ibadah dan ternyata tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ…

“Katakan: ‘Jika kalian memang mencintai Allah, ikuti aku (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), niscaya Allah akan mengampuni dosa kalian dan Allah akan cintai kalian.’” (QS. Ali ‘Imran[3]: 31)

Baca Juga: Mudik Lebaran 2022: Ini 22 Lokasi Rest Area yang Memiliki SPBU di Jalan Tol Trans Jawa dan Bandung

 

Saudaraku, ketika kita tahu bahwa Rasulullah memerintahkan ini, segera kita katakan: “Sami’na wa atha’na”. Ketika kita tahu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang itu, jangan kita berkata: “Apakah ini menguntungkan diri kita atau tidak?” Karena sesungguhnya keuntungan yang terbesar adalah mengikuti Allah dan RasulNya.

Ini dia Rafi’ bin Khadij berkata:

نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كِرَاءِ الْأَرْضِ وَهُوَ نَافِعٌ لَنَا، وَطَوَاعِيَةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ أَنْفَعُ لَنَا

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kami untuk meng-kiraa’ tanah dan itu bermanfaat buat kami, akan te tapi menaati Allah dan RasulNya lebih bermanfaat untuk kami.”

 

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menaati Allah dan RasulNya. Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima oleh Allah amal ibadah kita di bulan puasa ini. Semoga kita termasuk manusia-manusia yang mendapatkan pemerdekaan dari api neraka.***

Editor: Annisa Nur Fadillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x