Curi Teknologi Rusia, Jet Tempur China Ini Hanya Jadi Bahan Cemoohan

- 5 Juli 2020, 09:51 WIB
Shenyang J-11 (vleituig).
Shenyang J-11 (vleituig). /

GALAMEDIA -  Untuk memperkuat pertahanannya, sejumlah negara besar melengkapinya dengan kehadiran jet tempur super canggih.

Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force) mengandalkan sejumlah jet canggih semisal F-16 Fighting Falcon, F-15 Strike Eagle, F-35 Lightning II, dan F-22 Raptor.

Angkatan Udara Rusia punya sederet jet tempur canggih seperti Mikoyan MiG-29, Mikoyan MiG-35, Sukhoi Su-27, Sukhoi Su-35, dan Sukhoi Su-35.

Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Forces), punya pesawat tempur canggih Eurofighter Typhoon FGR 4, dan pesawat buatan Amerika F-35B.

Angkatan Udara Prancis (Armee de L'Air) punya dua jet tempur andalan, Dassault Rafale dan Dassault Mirage 2000.

Baca Juga: Hanya Tiga Menteri Bisa Bertahan, Ini Pandangan Ekonom Soal Reshuffle Kabinet

Tak terkecuali China, yang punya dua jenis jet tempur dengan fitur siluman. China tak kalah banyak memiliki sejumlah jet-jet tempur yang beringas di udara. Chengdu J-7, Chengdu J-10, Chengdu J-20, Shenyang J-8, Shenyang J-11, dan Shenyang J-16. Sementara itu, dua jet lainnya diimpor China dari Rusia, Sukhoi Su-27, Sukhoi Su-30MKK, dan Sukhoi Su-35S.

Dari sederet jet tempur canggih milik China, ternyata ada satu pesawat yang diduga dibuat dengan teknologi curian dari Rusia. The National Interest menyebutkan, China membuat jet tempur Shenyang J-11 dengan menjiplak teknologi Negeri Beruang Merah.

The National Interest menyatakan China sudah mempelajari teknologi Sukhoi Su-27 secara diam-diam.

Baca Juga: Tak Lewati Rekor Michael Owen, Mason Greenwood Disebut Sebagai Masa Depan Inggris

Pada awalnya, pesawat Su-27 dikembangkan Uni Sovier di akhir Perang Dingin. Pembuatan jet ini didasarkan pada persaingan dengan pesawat buatan Amerika, F-14 Tomcat dan F-15 Strike Eagle.

Dengan karakter yang gesit, punya daya jelajah yang panjang, dan memiliki kecepatan super cepat, Su-27 jelas menjadi salah satu pesawat yang paling ditakuti di dunia. Oleh sebab itu, China punya keinginan untuk menciptakan jet yang punya kemampuan sama.

Pada 1992, China mendatangkan 76 pesawat tempur dari Rusia, untuk menggantikan pesawat-pesawat tempur yang sudah tua. Kemudian pada 2003, China diduga menjiplak teknologi Su-27 untuk membangun pesawat tempur produksi sendiri. Dari sinilah Shenyang J-11 pada akhirnya tercipta dan menjadi andalan militer China.

Baca Juga: Gaji ke-13 PNS, TNI dan Polri Fix Cair Tahun ini, di Bulan Apa ya?

Dalam sebuah wawancara, seorang direktur Rosobronexport, sebuah perusahaan ekspor/impor Rusia khusus persenjataan, membenarkan bahwa China memang mencuri teknologi Su-27. Direktur yang tak disebutkan namanya, menyebut China meniru Su-27 meskipun belum bisa dibuktikan kebenarannya.

"Pihak China secara lahiriah meniru Su-27. Inilah hal yang dibicarakan oleh pihak Rusia. Mungkin ini fakta. Mungkin sulit untuk membuktikan secara definitif, karena penampilan luar tidak selalu menunjukkan apa isi dari badan pesawat yang dibuat," kata Direktur Rosobronexport.

Keberhasilan membuat jet tempur Shenyang J-11 ternyata tak membuat China lantas langsung berpuas diri. Sebab menurut pandangan sejumlah ahli, J-11 masih belum sempurna dan masih punya banyak kekurangan. Oleh sebab itu, Rusia merasa China masih sangat ketergantungan untuk menyempurnakan pesawat tempur J-11.

Baca Juga: Soal Kasus Denny Siregar, MUI Angkat Bicara

"China masih bergantung kepada kami (Rusia) dan akan tetap seperti itu untuk beberapa waktu yang akan datang," ucap seorang ahli pertahanan Rusia yang juga tak disebut namanya.

Namun seorang penulis pertahanan, Caleb Larson menyoroti berbagai kekurangan J-11, di antaranya kemampuan "siluman" (menghindari deteksi radar) yang rendah dan tidak memiliki sistem pengisian bahan bakar di udara, yang merupakan fitur paling penting dari jet tempur abad ke-21. Jadi, meskipun memiliki desain luar yang sama persis, J-11 sangat tertinggal dalam hal teknis dan taktis dari "kembaran" Rusia-nya.

"Meskipun desain J-11 apik, kemampuan keseluruhannya tetap terbatas. Desainnya yang mendasarinya berasal dari akhir 1970-an sehingga menjadikannya berusia hampir 40 tahun. Selain mudah terdeteksi, pesawat itu juga tidak mendukung pengisian bahan bakar di udara, yang merupakan kekurangan yang sangat serius," tegas Larson.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x