Fokus APBN untuk Target Penurunan Prevalensi Stunting 14% di Tahun 2024

- 7 Agustus 2023, 21:52 WIB
Ilustrasi penanganan masalah stunting terus dikejar percepatannya oleh pemerintah, menuju target prevalensi kasus gangguan pertumbuhan anak sebesar 14% di tahun 2024.
Ilustrasi penanganan masalah stunting terus dikejar percepatannya oleh pemerintah, menuju target prevalensi kasus gangguan pertumbuhan anak sebesar 14% di tahun 2024. /freepik/jcomp/

GALAMEDIANEWS - Upaya pemerintah dalam percepatan penanganan stunting di Indonesia didukung dengan alokasi APBN yang cukup besar. Dengan alokasi anggaran yang terbilang besar tersebut, output yang dicapai nyatanya berhasil menurunkan angka kasus dari tahun ke tahun.

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar, tahun 2013 prevalensi stunting yang tercatat sebesar 37,2%. Kemudian data dari Status Gizi Balita Indonesia 2021, angkanya berhasil turun menjadi 24,4%.

Di tahun 2022, berdasarkan Survei Status Gizi Nasional, angka prevalansi stunting kembali mengalami penurunan menjadi 21,6%. Atas capaian positif tersebut, Presiden Joko Widodo pun menargetkan angka stunting mampu turun menjadi 14% di tahun 2024.

Baca Juga: Mencukupi Protein Hewani pada Masa Kehamilan, Efektif Mencegah Stunting  

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatawarta mengungkapkan, pemerintah telah menetapkan upaya penurunan angka stunting menjadi fokus utama sejak tahun 2017. Dirinya mengakui, percepatan penanganannya menuju target 14% di tahun 2024 bukanlah mudah, namun pemerintah harus tetap fokus mewujudkannya.



“Walaupun sudah jauh menurun dibanding dua-tiga tahun lalu, target 14 persen tinggal satu tahun. Ini bukan challenge yang sederhana, kita harus makin fokus,” ujar Isa.

Isa menjelaskan, langkah awal yang perlu dilakukan yakni mengidentifikasi target, untuk kemudian memilih intervensi yang tepat diterapkan. Seperti indentifikasi untuk jumlah penduduk di pulau Jawa yang sangat besar, sehingga potensi prevalensi stuntingnya tinggi. Namun, dari sisi persentase, ternyata penyumbang tingkat prevalensi yang tinggi berada di luar pulau Jawa. 

“Kalau dibanding keseluruhan anak yang ada, maka daerah-daerah tertentu seperti Nusa Tenggara Timur memiliki persentase yang sangat tinggi. Walaupun dari sisi jumlah sedikit tetapi persentasenya tinggi, kita juga harus melakukan intervensi di sana untuk cepat bisa menurunkan,” terang Isa.

Baca Juga: Prevalensi Stunting di Kabupaten Pasaman Turun 1,3 Persen 

Halaman:

Editor: Ryan Pratama

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x