Polisi Kembali Sebut Anarko, Berikut Ini Perkembangan Kelompok Anarko di Indonesia

- 10 Oktober 2020, 09:25 WIB
DEMONSTRAN melempari polisi dengan benda tumpul saat aksi unjukrasa menolak Undang-undang Cipta Kerja Omnibus Law di depan Gedung Sate, Jln. Dipenogoro, Kota Bandung, Kamis, 8 Oktober 2020.
DEMONSTRAN melempari polisi dengan benda tumpul saat aksi unjukrasa menolak Undang-undang Cipta Kerja Omnibus Law di depan Gedung Sate, Jln. Dipenogoro, Kota Bandung, Kamis, 8 Oktober 2020. /Darma Legi/galamedia

GALAMEDIA -  Polisi kembali menyebut kelompok Anarko sebagai biang kerok kerusuhan. Termasuk kerusuhan yang terjadi saat bhuruh dan mahasiswa menolak Undang-undang Cipta Kerja.

Nama Anarko selalu muncul saat ada bentrok antara polisi dengan mahasiswa atau buruh di Kota Bandung. Polda Jabar dan Polrestabes Bandung telah beberapa kali menyebut kelompok ini.

Tak hanya di Kota Bandung, di Jakarta, Polda Metro Jaya juga menyebut kelompok Anarko sebagai penyebab kerusuhan tengah pekan ini.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Sabtu 10 Oktober 2020 di TV One, Yuk Nonton One Pride Mixed Martial Arts

Polda Metro Jaya mengaku telah menangkap sekitar seribu orang yang diduga terlibat dalam bentrokan dengan petugas Kepolisian dan perusakan sejumlah fasilitas umum di Jakarta.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Yusri Yunus mengatakan orang-orang yang diamankan tersebut merupakan kelompok Anarko yang mencoba memancing keributan.

"Itu adalah Anarko-anarko, perusuh itu," kata Yusri.

Lalu apa dan siapakah Anarko?

Dari penelusuran galamedia, Anarko selalu diidentikan dengan anarki, anarkis atau anarkisme acap kali ditafsirkan sebagai kegiatan negatif oleh setiap pendengarnya.

Baca Juga: Ini Dia Hal-Hal yang Bisa Menggugurkan Garansi Kendaraan Anda

Mengutip tulisan Warta Ekonomi dengan judul Menengok Perkembangan Kelompok Anarko di Indonesia hal ini disebabkan masyarakat, khususnya di Indonesia mengalami bias dalam menerjemahkan sejumlah kata tersebut.

Penyebabnya antara lain minimnya referensi bacaan dari kacamata sejarah, pemikiran filsafat dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Pada gilirannya, anarki sering kali diterjemahkan menjadi aktivitas bernuansa destruktif, huru-hara, kekacauan, kerusuhan, pemberontakan dan chaos.

Baca Juga: 10 Oktober, Pandemi Covid-19 Momen Lebih Perhatian Pada Kesehatan Mental

Sementara itu anarkis mengacu pada pelaku yang disebut sebagai orang pembuat onar, perusuh, pengacau maupun pemberontak.

Kata anarkisme berasal dari bahasa Yunani "anarchos" atau "anarchein" yang artinya "tanpa penguasa" atau "tanpa pemerintahan".

Anarkisme pada dasarnya adalah teori politik yang berasumsi bahwa semua bentuk pemerintahan bukan sesuatu yang diinginkan dan diperlukan manusia.

Lebih dari itu, manusia membutuhkan sebuah kelompok yang didasarkan pada kerja sama bersifat sukarela, baik antarindividu atau kelompok.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Sabtu 10 Oktober 2020 di Trans TV: Tayang Film Power Rangers dan Take Down

Gerakan Anarkisme di Indonesia

Perlu diketahui, gagasan anarkisme sudah lahir bahkan sebelum naskah proklamasi dibacakan. Sekira tahun 1923, Soekarno menulis tentang anarkisme dan dimuat dalam Harian Pikiran Ra'jat.

Meski begitu, belum jelas kapan tepatnya gerakan anarkisme muncul di Indonesia.

Jika menarik lebih ke belakang, gagasan anarkisme sempat diperkenalkan oleh orang-orang Belanda beraliran sosial demokrat atau sosialis.

Saat itu, Edward Douwes Dekker dengan nama samaran 'Multatuli' (1820-1887) mengkritik sistem kolonialisme di Hindia Belanda lewat sejumlah tulisannya.

Baca Juga: Yuk Pahami Ini Dia Arti dan Makna Asmaul Husna Al Muhaimin, Al Aziz, dan Al Jabbar

Karya tulis Multatuli yang menyerang pemerintah kolonial telah menggugah opini publik, pada awal abad ke-20. Ia mengangkat kebrutalan kolonialisme Hindia Belanda.

Teks bacaan miliknya memberi pengaruh signifikan pada pekerja anarkis dan sindikalis di Belanda.

Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, tidak ada tanda-tanda adanya gerakan anarkis dalam bentuk apapun di negara ini. Elit politik negara baru menggunakan label “anarkisme” untuk mengutuk lawan-lawan mereka.

Setelah tahun 1945, para pekerja mulai secara spontan merebut rel kereta api, perusahaan industri dan perkebunan, membangun kontrol atas mereka, dan pihak berwenang setempat menjuluki gerakan ini "anarko-sindikalisme".

Baca Juga: Terbaru, Harga Emas Hari Ini, Sabtu 10 Oktober 2020, Harga Emas Naik Cukup Signfikan

Abdulmajid, yang menjadi pemimpin mahasiswa Indonesia setelah keberangkatan Hatta, dan kaum sosialis lainnya “membawa” ungkapan anarko-sindikalis dari Belanda.

Seperti pada bulan Februari 1946, Wakil Presiden Hatta secara terbuka menyerang “sindikalisme,” berbicara pada sebuah konferensi ekonomi di Yogyakarta bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah melewati kontrol negara.

Presiden Soekarno, pada gilirannya, mengkhawatirkan kecenderungan “anarko-sindikalis” di Partai Buruh Indonesia yang diciptakan oleh serikat pekerja. Akan tetapi tuduhan ini tidak ada kaitannya dengan gerakan anarkis atau anarko-sindikalis yang sesungguhnya.

Baca Juga: Ini Dia 10 Kejadian Dibalik Tanggal 10 - 10, Kamu Layak Tahu!

Gerakan anarkisme diperkirakan muncul kembali ke permukaan sekitar tahun 1990-an. Masa pemerintahan Soeharto atau sering disebut Masa Orde Baru rupanya punya andil besar di balik kemunculan kaum anarkis. Pada saat itu, kaum anarkis identik dengan kelompok Punk.

Sekira tahun 1993-1994, mengutip dari laman Anarkis.org, punk Indonesia muncul dengan mengedepankan aktivitas anti-kediktatoran dan anti-fasis. Mereka membangun hubungan dengan gerakan sosial dan gerakan buruh.

Partisipasi kaum anarkis muda Indonesia dalam gerakan sosial dimulai dengan membagikan makanan kepada yang membutuhkan (Food not Bomb), mendukung demonstrasi dan melakukan kerja-kerja anti-fasis.

Baca Juga: Di Balik Blaming The Victim Pesantren Pembawa Limbah Wabah

Jadi, pada Agustus-September 1999, para aktivis Front Anti-Fasis Bandung mendukung perjuangan para pekerja yang mogok dari pabrik Rimba Aristama, mengadakan aksi solidaritas dan demonstrasi.

Pada bulan Desember 1999, perwakilan kelompok anti-fasis pemuda radikal dari seluruh Indonesia mengadakan pertemuan pertama “Jaringan Anti-fasis Nusantara” di Yogyakarta, yang memiliki orientasi gerakan anarkis.

Mempertahankan Eksistensi Gerakan

Gerakan anarkisme di Indonesia muncul dengan beberapa gejala. Salah satunya ditandai dengan terbentuknya affiniti (kelompok kolektif kecil) di sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Makassar, Manado dan medan.

Halaman:

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x