Sepenggal Kisah Perjuangan Mengharukan Seorang Okupasi Terapis saat Banjir Kalimantan Selatan

28 Januari 2021, 17:05 WIB
Relawan IOTI, Aspani menerjang arus dan melewati calap demi membantu korban banjir Banjarmasin /IOTI

GALAMEDIA - Siapapun tidak ada menginginkan datangnya bencana banjir. Terlebih, bencana ini juga terkadang mengakibatkan kerugian materil maupun imateril bagi penduduk yang terdampak.

Seperti banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu. Selain warga yang terdampak, banyak memilukan derita memilukan dari relawan, tenaga kesehatan dan lainnya.

Seperti yang dialami Aspani, seorang okupasi terapis yang bekerja di RS Ulin Kota Banjarmasin.

Baca Juga: Tidak Perlu Keluar Negeri, RSUD Otto Iskandardinata Soreang Punya Peralatan Operasi Jantung Modern

Diceritakan Aspani, pada Minggu hingga Selasa, 10-12 Januari 2021, ia yang juga merupakan pengurus DPD Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI) Kalimantan Selatan, melihat arus sungai Martapura bergerak dari arah hulu (hutan/daratan) ke hilir (laut).

Sebuah pemandangan yang melegakan bagi Aspani, mengingat setiap hari semua kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan terus menerus diguyur hujan lebat dan beberapa tempat disertai dengan angin kencang.

Sebagai warga yang sejak lahir dan hidup di sekitar sungai Martapura, Aspani hafal betul kalau biasanya arus sungai bergerak dari arah hulu ke hilir menandakan bahwa ketinggian air sungai menjadi surut.

Baca Juga: Waspada!!! Mulai 28 Januari-2 Februari 2021, DKI Jakarta Diprediksi Dilanda Cuaca Ekstrem

Sebaliknya bila arus sungai bergerak dari arah hilir ke hulu menandakan bahwa ketinggian air sungai menjadi pasang atau naik, sehingga patut diwaspadai.

Namun pada Rabu 13 Januari 2021, kekhawatiran Aspani kembali, karena hujan semakin deras.

Benar saja, ia pun melihat berita di sejumlah media bahwa 10 kabupaten dan kota se-Kalimantan Selatan dilanda Calap mulai dari intensitas sedang sampai berat.

Baca Juga: Ketahui, Ini 8 Fakta Tentang Vaksin Sinovac yang Dapat Memicu Sistem Imun dan Miliki Efek Samping Ringan

Rabu malam sekitar pukul 20.00 WITA, Aspani pun sempat melihat kondisi di sekitar Masjid Sabilal Muhtadin, di mana air sungai malah lebih tinggi dari jalan raya.

Beruntung, masjid tersebut sudah dipasangi tembok siring yang kokoh, sehingga kondisi tidak sampai terendam air.

Namun Kamis dini hari sekitar pukul 03.00 WITA, Aspani dihubungi saudaranya yang mengabarkan bahwa ketinggian air sampai di rumahnya sudah sampai teras.

Aspani lalu menyarankan agar saudaranya itu segera mengevakuasi diri menuju tempat aman.

Baca Juga: Vaksinasi Kedua di Jabar Dimulai, Targetnya untuk 36,2 Juta Orang dan Waktunya Kurang dari Satu Tahun

Paginya, Aspani pun mulai membantu evakuasi warga di sekitar rumah saudaranya tersebut, meski ketinggian air masih sekitar 20-40 cm.

Prioritas pertama evakuasi adalah para lansia, balita dan bayi.

Langkah yang dilakukan oleh Aspani terbilang tepat waktu, karena setelah itu Ketinggian air berangsur naik.

Jalan Martapura pun digenangi air sepanjang hampir 1 km dan pada malam hari ketinggian air sudah lebih dari lulut kaki orang dewasa.

Baca Juga: Kemenperin Ciptakan Industri Kecil Menengah Pangan Berkelas Internasional

Di rumahnya, seperti dilansirkan jurnalsoreang.com dalam artikelnya "Mengharukan: Menerjang Arus Calap, Relawan IOTI Ini Ikut Berjuang Membantu Korban Banjir di Banjarmasin" Aspani menampung pengungsi 12 pengungsi yang terdiri dari 8 orang dewasa dan 1 bayi usia 3 bulan.

Tiga hari kemdian, banjir bukannya surut, tetapi malah makin naik.

Pada 17-19 Januari 2021, ketinggian air banjir mencapai puncaknya, di mana sepanjang jalan utama digenangi air dengan ketinggian hampir 1 meter di sepanjang lebih dari 5 Kilometer.

Sedangkan komplek perumahan warga bahkan sudah terlihat seperti danau.

Baca Juga: Kemenperin Ciptakan Industri Kecil Menengah Pangan Berkelas Internasional

Melihat kondisi itu, Aspani langsung mengubungi ketua Umum IOTI, Tri Budi Santoso dan melaporkan musibah banjir yang sedang terjadi di Banjarmasin saat itu juga.

Melalui diskusi singkat via whatsapp, pengurus IOTI pun memutuskan untuk mengirim sejumlah uang tunai yang berasal dari donasi anggota IOTI seluruh Indonesia sebagai donasi untuk menyuplai logistik bagi para pengungsi di sekitar rumah Aspani di kelurahan Sungai Lulut RT 07.

Terlebih, warga di daerah itu sebagian besar bekerja sebagai buruh tani sehingga tidak memiliki simpanan uang yang cukup untuk bertahan hidup selama seminggu di pengungsian.

Baca Juga: Metode Pegobatan Nyeri Radang Sendi, Mulai Terapi Hingga Operasi, Ini Metode lainnya

Sejak itu, Aspani mulai mendistribusikan bantuan logistik dari IOTI kepada masyarakat sekitar yang menjadi korban banjir.

Hanya dengan menggunakan sampan dan perahu klotok bermesin, Aspani rela menerjang banjir dan menyusuri sungai Martapura yang arusnya sangat deras.

Aspani pun berusaha untuk mencapai dan mendistribusikan sembako ke daerah yang lebih dalam di area bajir, terutama daerah yang kurang mendapat perhatian atau bantuan sembako dari pihak lain.

Baca Juga: Catat! Ini Makna Suntikan Kedua Vaksin Covid-19, Kalau Dilewatkan Anda Tidak akan Terlindungi

Aspani mengaku bersyukur, karena bisa membantu pengungsi yang ditampung dirumahnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam waktu seminggu.

Kebetulan ia juga memiliki kolam ikan nila yang siap panen, sehingga sebagian besar ikan tersebut digunakan untuk konsumsi para pengungsi.

Warga sekitar merasa terbantu dengan adanya bantuan sembako dari Aspani yang bergerak bersama IOTI.

Padahal bukan hanya dalam distribusi, Aspani juga harus menghadapi kesulitan harus membelanjakan donasi uang tunai dari IOTI, untuk membeli kebutuhan logistik.

Baca Juga: Mantanku Resmi Diluncurkan Kotak Sebagai Video Musik dari Album Identitas

Soalnya, pusat Grosir makanan juga terendam banjir, namun beruntung ada petugas yang membantu untuk mengangkut ke mobil.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum IOTI Tri Budi Santoso mengaku sangat mengapresiasi perjuangan sosial Aspani.

"Sejak lama, IOTI memang sudah sering menyalurkan bantuan ke berbagai daerah di Indonesia yang mengalami musibah baik bencana tsunami, banjir, gunung meletus, longsor, dll," kata Budi.

Menurut Budi, IOTI selalu memiliki cadangan kas bantuan Siaga Bencana yang berasal dari para dermawan anggota IOTI seluruh Indonesia dan bisa disalurkan kapan saja apabila terjadi bencana atau musibah.

Baca Juga: Kapolres Sumedang Wajibkan Anggotanya  Jalani Test Rapid Antigen

Namun untuk penyalurannya, IOTI selalu aktif bergerak dengan Tim Kecil Siaga Bencana dengan memberdayakan okupasi terapis lokal yang berada di daerah bencana tersebut dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah serta relawan yang berasal dari berbagai LSM yang terlibat dalam penanganan bencana.

Menurut Tri, tim lokal diterjunkan karena mereka yang mengetahui kondisi setempat untuk mencari sumber daya yang dibutuhkan seperti pembelian sembako, sewa alat transportasi, obat-obatan, dll.

Pengurus pusat IOTI, kata Budi, hanya berperan sebagai koordinator kegiatan yang dilakukan.

Baca Juga: Anda Bermasalah dengan Bulu Hidung? Ini Dia Cara Menghilangkan Bulu Hidung yang Direkomendasikan

"Saya mengucapkan terima kasih banyak pada relawan yang ikut bekerja sebagai tim pendukung yang menyusun rencana kegiatan, mengumpulkan donasi dari masyarakat dan menggantikan Aspani untuk bekerja di RS sewaktu ditinggalkan mendistribusikan bantuan.

Mereka adalah Fenny Nova Anggraini dan Tiyo Noralim, meski tidak turun langsung ke lapangan turut membantu belanja dan menggantikan dinas di rumah sakit," tutur Budi.*** (Handri/Jurnal Soreang)

 

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: Jurnal Soreang

Tags

Terkini

Terpopuler