Ridwan Kamil: Tidak Semua yang Berpikir Kritis ke Pemerintah Itu Artinya Radikal

16 Februari 2021, 21:49 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. /Dok. Humas Jabar/

GALAMEDIA - Istilah radikal dan radikalisme saat ini tengah menjadi sorotan. Salah satunya terkait dengan tudingan terhadap Din Syamsuddin.

Seperti diketahui, sebelumnya Gerakan Anti Radikalisme Alumni Institute Teknologi Bandung (GAR-ITB) menuduh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sebagai tokoh radikal.

Baca Juga: Tiba-tiba Minta Bantuan MUI, Kader PDIP Dewi Tanjung: Tolong Keluarkan Fatwa Haram!!

Baca Juga: Marshanda Tegaskan Bukan Pelakor Keretakan Rumah Tangga Arya Claporth dan Karen Pooroe

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pun ikut-ikutan berbicara soal radikal dan radikalisme. Namun ia tak mengaitkannya dengan isu yang saat ini bergulir, khususnya menyangkut soal Din Syamsuddin.

Lewat cuitan di akun Twitter, pria yang akrab disapa Emil itu hanya mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksud dengan radikal dan radikalisme.

Setidaknya ada empat cuitan yang ditulis Emil di Twitternya, hari ini, Selasa, 16 Februari 2021.

Baca Juga: Link Live Streaming Barcelona vs PSG, Tanpa Coutinho dan Neymar

Cuitan pertama, mantan Wali Kota Bandung itu menjelaskan arti dari radikal dan radikalisme.

"Sedang ramai perdebatan tentang radikal & radikalisme. Tdk semua berlabel radikal itu negatif. Konsep robot menggantikan kerja manusia itu contoh radikal yg tidak negatif. Dan tidak semua yg berpikir kritis kpd pemerintah itu artinya ia radikal," begitu tulis Emil.

Baca Juga: Park Bo Young Berikan Donasi untuk Anak – anak Dari Keluarga yang Kurang Mampu  

Lewat cuitan keduanya, arsitek lulusan dari ITB ini mengungkit soal masalah yang bisa timbul jika radikal terjadi dalam kontes bernegara.

"Menjadi masalah jika dalam konteks bernegara, ada pemikiran atau perbuatan ekstrim yang ingin mengubah ideologi negara. Itu baru radikal yang pasti dilawan oleh sistem ideologi eksisting," lanjut Emil.

"Seperti mencoba mengganti ideologi Pancasila yang merupakan kesepakatan sejarah bangsa ini," sambungnya.

Baca Juga: Wanti-wanti Aparat Polisi, Mahfud MD: Hal Sepele Tak Perlu Dibawa ke Pengadilan

"Radikal kiri mau mengganti Pancasila dengan komunisme. Atau radikal kanan ingin mengganti Pancasila dengan khilafah. Karenanya Pancasila harus selalu kita jaga," tulis Emil.

Di akhir cuitannya, Emil pun mengajak warganet khususnya, untuk bersikap kritis namun tetap dalam koridor yang ada.

"Mari tetap kritis terhadap semua dimensi hidup ini, penuh dengan argumentasi tanpa harus dibumbui caci maki. Sangat boleh tidak setuju," tutupnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler