GALAMEDIA - Jepang secara terbuka meminta China berhenti melakukan tes usap dubur untuk Covid-19 bagi warganya yang berada di Negeri Tirai Bambu.
Alasannya meski tak terasa sakit tapi prosedur tersebut memicu penderitaan psikologis. Demikian, kata juru bicara pemerintah hari ini.
Kepala Sekretaris Kabinet, Katsunobu Kato mengatakan pihaknya belum menerima tanggapan bahwa Beijing akan mengubah prosedur pengujian.
Karena itu, Jepang akan terus meminta China untuk mengubah cara pengujian.
"Beberapa orang Jepang melapor ke kedutaan kami di China bahwa mereka menjalani tes usap dubur, yang menyebabkan rasa sakit psikologis hebat," kata Kato dalam konferensi pers.
Baca Juga: Soal Vaksin, Gibran Minta Pemerintah Pusat Prioritaskan Solo
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (3 Maret 2021) tidak diungkap berapa banyak warga Jepang yang mengalami derita psikologis tersebut.
Beberapa kota di China menggunakan sampel yang diambil dari anus untuk mendeteksi potensi infeksi Covid-19 setelah pemerintah meningkatkan skrining untuk memastikan tidak ada pembawa potensial virus corona baru yang terlewat.
Untuk mengumpulkan sampel uji melaui swab anus, alat khusus berlapis kain penyeka dimasukkan sekitar tiga hingga lima sentimeter ke dalam rektum dan diputar beberapa kali.
Baca Juga: PSI Berniat Rekrut 2 Bintang Ikatan Cinta dan YouTubers? Pemilih Pemula Jenuh Banyak Politikus Korupsi
Setelah dua kali putaran, alat berkain penyeka tadi dilepas sebelum ditempatkan dengan aman di dalam wadah sampel. Keseluruhan prosedur memakan waktu sekitar 10 detik.
Ibu kota China mulai menggunakan metode pendeteksian lewat “jalan belakang” selama pengujian massal setelah seorang bocah berusia sembilan tahun dinyatakan positif terkena virus pada Januari lalu.
Dalam hitungan hari di bulan Januari, lebih dari tiga juta penduduk di tiga distrik Beijing menjalani tes virus korona dalam upaya membendung penularan, kata pihak berwenang.
Baca Juga: Pesan Terakhir Rina Gunawan Bikin Merinding: Sehat itu Murah Jadi Mahal Ketika Sakit
Pekan lalu diplomat Amerika di China juga mengklaim dipaksa melakukan tes usap dubur untuk Covid-19.
Washington mengeluhkan prosedur yang dianggap 'tidak bermartabat' itu dan menegaskan kepada para staf yang bertugas di China untuk menolak mentah-mentah tes usap anal.
Beijing bergeming dengan mewajibkannya bagi siapa pun yang tiba dari luar negeri di beberapa bagian di China.
Baca Juga: Refly Harun Sebut Bisa Saja Pernyataan Jhoni Allen Benar, Begini Alasannya
Namun berikutnya muncul keterangan jika swab anal bagi personel diplomatik merupakan kekeliruan.
China juga membantah melakukan tes usap dubur pada diplomat AS.
Usap anal digunakan di China sejak tahun lalu, tetapi metode ini terutama digunakan dalam kelompok-kelompok utama di pusat karantina, ujar seorang ahli pengendalian penyakit China.
Baca Juga: Usia Renovasi Selama Pandemi, Galeria Topas Hotel Berubah Brand jadi De Ningrat Hotel Topas Bandung
Sementara sumber AS menyatakan, “Departemen Luar Negeri tidak pernah menyetujui pengujian semacam ini dan memprotes langsung ketika kami mengetahui beberapa staf menjadi sasaran.”
Menanggapi ini juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian dalam jumpa pers harian di Beijing membantahnya.
"Sepengetahuan saya ... China tidak pernah meminta staf diplomatik AS yang ditempatkan di China untuk melakukan tes usap dubur."
Sebaliknya pihaknya 'berkomitmen untuk menjamin keselamatan dan keamanan diplomat Amerika beserta keluarga mereka dengan menjaga martabat mereka'.
Baca Juga: Miras Terbukti Berbahaya, Bikin Bos Perusahaan Permodalan Mabuk dan Diduga Lecehkan Dua Karyawatinya
Tes usap anal diklaim dapat mendeteksi virus dari orang yang kemungkinan dianggap negatif karena jejak virus dalam sampel feses bertahan lebih lama daripada pada saluran pernapasan, ungkap Li Tongzeng, dokter penyakit pernapasan di Beijing, kepada televisi pemerintah bulan lalu.
Tes feses juga disebutnya lebih efektif dalam menemukan infeksi pada anak-anak dan bayi karena feses mereka membawa viral load (kandungan virus pada darah) yang lebih tinggi daripada orang dewasa.
Demikian paaran para peneliti Chinese University of Hong Kong dalam sebuah makalah yang diterbitkan tahun lalu.
Baca Juga: Gila, Pemenang Piala Menpora Akan Diguyur Milaran Rupiah dan Setiap Klub Dapat Ratusan Juta Ruipiah
Meski demikia keakuratan dan efisiensi usap anal tetap dianggap kontroversial di kalangan para ahli.
Yang Zhanqiu, wakil direktur departemen biologi patogen di Universitas Wuhan kepada media pemerintah Global Times mengatakan swab hidung dan tenggorokan tetap menjadi tes yang paling efisien.
Sebab virus terbukti lebih banyak menular melalui saluran pernapasan bagian atas daripada sistem pencernaan.
Baca Juga: Akui Virus Ganas Telah Masuk ke Indonesia, Pemerintah Siap Ubah Kebijakan Sesuai Kebutuhan
“Ada memang kasus tes virus corona positif dengan sumber kotoran pasien, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang, '' kata Yang.***