Koalisi Partai Islam, Rocky Gerung: Istana Mulai Kepepet, Istana Coba Rangkul Oposisi!

16 April 2021, 13:12 WIB
Rocky Gerung /Tangkapan layar Youtube Najwa Shihab

GALAMEDIA – Baru-baru ini, jajaran pengurus DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengunjungi markas Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dari pertemuan ini keduanya menyepakati sejumlah hal.

Tentu hal ini diketahui oleh banyak orang, bahwa kegiatan ini sudah mendapat ‘restu’ dari istana negara. Kabar lain pun muncul dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang disebut akan masuk kabinet pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin.

Drajad Wibowo selaku ketua Dewan PAN mengatakan bahwa keputusan PAN masuk atau tidak ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi itu berada di tangan Ketua Umum PAN yakni Zulkifli Hasan.

Baca Juga: Riuh Soal Pamer Kekayaan, Deddy Corbuzier: Ade Armando Tidak Salah Karena Pada Kenyataanya...

Terkait hal ini, salah satu pengamat politik terkenal, Rocky Gerung menanggapinya melalui Youtube Rocky Gerung Official berjudul “MULAI KEPEPET. UTUSAN ISTANA COBA RANGKUL OPOSISI”.

Rocky melihat bahwa partai PAN maupun PKS saat ini mengalami dilemma sebagai partai Islam. “Saya melihat bahwa baik PAN maupun PKS itu mengalami dilema sebagai partai berbasis Islam, menganggap bahwa secara umum sebetulnya kekuasaan ini memusuhi politik Islam,” ujar Rocky.

Bahkan, Rocky menanggap bahwa PAN, PKS, dan PPP sudah sadar bahwa mereka hanya dimanfaatkan agar di kabinet pemerintahan Jokowi ada portfolio (keberadaan) Islam. “Karena itu dia (PAN, PKS, dan PPP) mulai sadar bahwa dia hanya dimanfaatkan supaya ada portfolio Islam di dalam kabinet, tapi basisnya kan gak begitu,” menurut Rocky.

Baca Juga: Curahan Hati Istri Syekh Ali Jaber Jalani Ramadhan Pertama Tanpa Suami: Sungguh Menyakitkan

Rocky mengatakan bahwa PAN, PKS, dan PPP hanya sebagai pelengkap saja di kabinet Indonesia Maju Jokowi. “Jadi sebetulnya isinya diracik bukan dengan keinginan dari partai-partai Islam tuh, jadi ini semacam pelengkap, penyerta aja sebetulnya,” ujar Rocky.

Dalam hal ini, partai kecil Islam mulai melihat adanya momentum untuk mereka masuk ke dalam kabinet Jokowi.

“Dan dalam keadaan mulai terjadi krisis legitimasi, mereka yang disebut partai Islam yang kecil, PAN apalagi PPP, menganggap juga ada momentum terbuka untuk dia mengkosolidasi dirinya sendiri tuh,” Rocky menjelaskan.

Rocky melihat bahwa PPP mengunjungi PKS itu sama dengan istana mengunjungi oposisi untuk merangkul oposisi.

Baca Juga: Geram Abdullah Hehamahua Samakan Jokowi dengan Firaun, Ali Mochtar Ngabalin: Ngaca Dong Pak Tua!

“Saya lihat misalnya, PPP pergi ke PKS, kan PKS itu oposisi tuh, jadi istana mengunjungi oposisi tuh, itu sinyal yang bagus juga. Tinggal kita lihat apakah PPP mau membujuk oposisi masuk ke istana atau PPP mau bergabung dengan oposisi,” katanya.

Sedangkan PPP menurut Rocky adalah yang ekslusif karena simbol Islam jelas ada di PPP.

“PPP justru yang menjadi ekslusif kan, karena simbol Islam ada di situ, itu berarti ada semacam pertemuan pikiran baru untuk melihat Indonesia secara lebih majemuk tuh,” ujar Rocky.

Rocky menganggap bahwa PPP berkunjung ke opsisi untuk bisa masuk ke dalam kabinet Indonesia maju.

Baca Juga: Artis JS yang Ditangkap Karena Narkoba, Simak Sepak Terjangnya di Dunia Film Indonesia

“Saya anggap PPP berkunjung pada oposisi dan berupaya untuk minta izin duduk di ruang tamu sebentar lalu bisa ikut masuk ke ‘dapur’, kira-kira begitu kan, karena perubahan-perubahan di istana,” tandasnya.

Semua orang menanggap bahwa kunjungan PPP ini pastinya sudah diminta oleh Jokowi. Orang kemudian menghubungkan situasi ini dengan betapa pemerintah kelihatannya sangat gigih untuk mendekati Islam melalui sektor ekonomi.

Baca Juga: Artis JS yang Ditangkap Karena Narkoba, Simak Sepak Terjangnya di Dunia Film Indonesia

Sehingga, orang melihat ada sikap mendua dari pemerintah. Secara politis pemerintah memang akan melakukan exclusion sedangkan secara ekonomi mereka akan melakukan inclusion politics pada umat Islam.

Menurut Rocky hal ini kacau jika pemerintah terus menerus membujuk partai Islam dengan cara mendua. “Jadi agak kacau sebetulnya kalau pemerintah terus menerus membujuk dengan cara yang ‘mendua’, karena yang dituntut oleh publik Islam adalah keadilan politik,” kata Rocky.

Rocky menilai bahwa masyarakat Islam tidak mempemasalahkan keadilan dalam ekonomi. ***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler