Tak Respon Bahaya Kimia Bisphenol-A (BPA), Komnas Perlindungan Anak Sesalkan Sikap BPOM

29 April 2021, 13:19 WIB
Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait. /Antara/

GALAMEDIA - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait sesalkan sikap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tak merespon keluhan masyarakat terkait bahaya Bisphenol A atau BPA.

Padahal nyata. kandungan kimia Bisphenol-A (BPA) pada plastik yang biasa dijadikan perkakas rumah tangga seperti piring, gelas, botol plastik, galon isi ulang dan lain sebagainya tersebut berbahaya.

"Kalau keluhan saja sudah tidak direspon, lalu bagaimana? Itu bentuk ketidakpedulian," ujar Arist ketika dihubungi, Rabu 28 April 2021.

Baca Juga: Dzikir Asmaul Husna, Al Wakil, Al Qowiy, Al Matin: Yaa Allah Kuatkan Kami dalam Menghadapi Cobaan dan Ujian

Komnas Perlindungan Anak, tegas Arist, menunggu reaksi BPOM. "Kalau masyarakat mengeluh Badan POM harusnya menyerap. Kalau tidak berarti tidak peduli," tegasnya.

Siapapun jika memang nyata Bisphenol-A ( BPA) berdampak negatif kepada anak-anak, ujar Arist, harus protes keras.

"Ini tidak ada hubungannya dengan produk, yang saya garis bawahi adalah keselamatan anak-anak. Seperti halnya dulu susu formula yang mengandung bahan berbahaya buat anak-anak dalam hal kemasan," papar Arist.

Situs web sains, Neuroscience News.com, Minggu, 15 April 2021, merilis berita mengenai hasil penelitian terbaru mengenai efek dari Bisphenol-A (BPA) dan Bisphenol S (BPS), berbahaya yang dapat merusak sel-sel saraf otak secara permanen.

Baca Juga: Inilah 5 Ciri Manusia yang Mempunyai Khodam Pendamping, Apakah Kamu Termasuk?

Tim peneliti Bayreuth yang dipimpin Dr. Peter Machnik dan kelompok penelitian Fisiologi Hewan pimpinan, Dr. Stefan Schuster untuk pertama kalinya menyelidiki efek plastik diantara sel saraf di otak orang dewasa.

BPA (Bisphenol-A), adalah senyawa yang berfungsi menghasilkan plastik polikarbonat. Bertujuan membuat jenis plastik kuat, ringan, dan terlihat bening. Namun berdasarkan penelitian ditengarai mengandung racun.

Bisphenol S (BPS), adalah senyawa yang biasanya digunakan sebagi perekat resin epoksi (khususnya wadah plastik) yang cepat kering. BPS semakin umum digunakan sebagai bahan penyusun polietersulfon dan beberapa epoxies.

Berdasarkan penelitian produk senyawa BPS yang tertinggal dalam kemasan dapat memengaruhi produk makanan dan minuman sehingga menjadi berbahaya. BPS diperkirakan dapat beroperasi dengan mekanisme yang mirip dengan BPA dan dapat menyebabkan toksisitas jantung.

Baca Juga: Resep Praktis Peach Gum Dessert, Menyegarkan Saat Berbuka dan Bikin Awet Muda!

Dihubungi secara terpisah, pakar Kimia dari Universitas Indonesia, Budiawan, menjelaskan tentang BPA, manfaat dan bahayanya.

Bisphenol A (BPA) merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk memproduksi kemasan plastik, bermanfaat sebagai fleksibilitas, untuk warna tertentu dan memperkuat plastik.

Baik berbentuk kemasan, botol minuman serta botol bayi. Manfaat Bisphenol A sebagai tambahan, kini jadi perhatian di negara maju.

Dari hasil studi dan riset yang panjang dipastikan zat BPA melepas dari sisi plastiknya ke media. Biasanya, karena asam dan panas, namun yang terlepas bukan dalam jumlah yang sangat besar.

Baca Juga: Genap Berusia 31 Tahun, Zaskia Gotik Mendapat Kado Spesial dari Sang Suami

"Sifatnya akumulatif di dalam tubuh. Kemungkinan besar bisa berinteraksi dengan kimia dalam tubuh mikro biologi seperti protein dan DNA," tutur Budiawan.

Seseorang dapat terpapar pada media makan dalam waktu lama. Pada batas tertentu akan ada efek samping. Seperti kerusakan pada kesuburan, bisa menjadi kanker di kemudian hari.

"Hal ini menjadi perhatian di bangsa maju seperti Eropa dan Amerika yang mulai melarang kemasan plastik mengandung BPA. Terutama penggunaan pada kemasan plastik botol susu anak-anak," ujar Budiawan.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler