WHO Minta Ditunda, Pemerintah Ngotot Vaksinasi Booster, Begini Penilaian Siti Fadilah Supari

25 Januari 2022, 22:08 WIB
Eks Menkes Siti Fadilah Supari. /YouTube SIti Fadilah Supari Channel

 


GALAMEDIA - Ketika Badan Kesehatan Dunia alias WHO (World Health Organization) meminta semua negara menunda vaksinasi booster, pemerintah Indonesia justru ngotot melaksanakan kegiatan tersebut.

Hal itu menjadi sorotan dari mantan Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari, Selasa, 25 Januari 2022.

Melalui tayangan video pada kanal miliknya, Siti Fadilah memaklumi atas keprihatinan WHO untuk meminta adanya penundaan vaksin booster.

Menurutnya, hal itu tidak terlepas atas azas keadilan. Pasalya, hingga saat ini sejumlah negara miskin masih minim vaksinasi pertama.

"Jangankan booster, vaksin pertama saja ada negara miskin yang masih di bawah 10 persen," ungkapnya.

Baca Juga: Bikin Marah Orang Dayak, Edy Mulyadi Pun Dilaporkan Gegara Prabowo Subianto

Namun ia tidak mengetahui pasti alasan pemerintah untuk memaksakan pelaksanaan booster ini. Padahal sebelumnya pemerintah cenderung patuh atas permintaan WHO.

Ia pun mempertanyakan mengenai target 21 juta vaksinasi booster yang mayoritas adalah dari kalangan lanjut usia.

"Datanya dari mana? Kok Lansia diprioritaskan? Apakah karena banyak kasus lansia meninggal akibat Omicron?," ujarnya.

Seperti diketahui sejak 12 Januari 2022, pemerintah menggalakan vaksinasi booster dengan syarat bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun ke atas.

Dari target 21 juta vaksinasi booster, pemerintah memprioritaskan diberikan kepada lansia.

Siti Fadilah menilai vaksinasi booster tidak akan menghalangi Omicron untuk menyebar di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Sebut Prajurit TNI Harus Jadi Petarung, KSAD Jenderal Dudung Abdurachman: Kalau Diadu Jangan Kalahan

Hal itu didasarkan dari angka tertinggi penderita Omicron berasal dari Amerika Serikat dan Inggris.

"Mereka itu sudah melakukan booster dengan capaian tertinggi. Tapi di Amerika itu yang kena Omicron sudah di atas 1 juta, tapi enggak ada yang mati," katanya.

Kondisi berbeda, lanjut dia, terjadi di negara yang baru vaksinasi pertama di bawah 10 persen. " Tetep mereka paling bawah, kalah sama AS dan UK (Inggris) yang berada di atas," ujarnya.

Sehubungan hal itu, ia menilai warga tak perlu risau dengan potensi penyebaran Omicron. Namun tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Apalagi kabarnya bakal ada varian baru, ya jangan takut. Tetap patuh sama Prokes saja," tandasnya.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Wisata Danau di Jawa Barat untuk Healing di Akhir Pekan

Sebelumnya Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, data tentang manfaat dan keamanan suntikan booster vaksin Covid-19 masih belum meyakinkan.

"Ketika beberapa negara mampu untuk memiliki booster dan yang lain bahkan tidak memvaksinasi putaran pertama dan kedua, itu adalah masalah moral," katanya.

Di sisi lain, beberapa negara, termasuk Indonesia, sudah memulai pemberian vaksin booster.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler