Angkat Tagar #DiHantuiTAi, UNICEF: Limbah Tinja Hantui Air Minum di Indonesia!

15 Februari 2022, 11:47 WIB
water//pixabay.com/3345408 /

GALAMEDIA - Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang wajib dipenuhi untuk kehidupan sehari-hari, dari mulai minum, memasak, mandi, mencuci, dan tentunya menunjang proses metabolisme tubuh.

Dapat dipastikan manusia sulit bertahan hidup tanpa air mengingat begitu banyak manfaatnya bagi kehidupan.

Tubuh manusia juga bergantung pada air agar organ-organnya dapat bekerja dengan maksimal.

Alasannya, sekitar 60 persen tubuh kita terdiri dari cairan. Bahkan, 75 persen otak manusia terdiri dari air. Oleh sebab itu, bila tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi, maka kemampuan fisik seseorang pun akan terganggu.

Baca Juga: Sebut Pemakaman Tak Sesuai Kaidah Islam, Doddy Sudrajat Keukeuh Pindahkan Makam Vanessa Angel

Pertanyaannya, jenis air minum apa saja sih yang bisa dikonsumsi?

Di masa pandemi seperti saat ini, kebutuhan air bersih terus mengalami peningkatan seiring perubahan perilaku masyarakat untuk lebih sering mencuci tangan dan mandi.

Menurut riset Indonesia Water Institute (IWI) periode 15 Oktober-20 November 2020, volume air untuk mencuci tangan meningkat 20-25 liter per orang per hari atau lima kali lipat lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi.

Namun, berdasarkan sebuah studi hampir 70% dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia tercemar limbah tinja dan turut menyebabkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita.

Hal tersebut dinyatakan United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada  7 Februari lalu saat meluncurkan kampanye baru untuk sanitasi aman.

Baca Juga: Haji Faisal Ungkap Pembicaraan dengan Thariq Halilintar di Rumahnya, Bahas Tanggal?

Penggunaan air memang tidak bisa sembarangan, sebab tidak semua dapat dikonsumsi dengan aman. Penting untuk menilai kualitas air untuk diminum, misalnya air tampak jernih, memiliki rasa tawar, dan tidak berbau.

Tentunya dibutuhkan hasil uji laboratorium untuk mengetahui kandungan mikrobiologis yang terkandung dalam air.

Data itu diambil dari studi kualitas air minum rumah tangga yang digelar Kementerian Kesehatan pada 2020, yang bertajuk Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga.

UNICEF pun meluncurkan kampanye terbaru #DihantuiTAi untuk memberi pemahaman kepada warga tentang pentingnya sanitasi aman dan efek buruk pencemaran sumber air oleh tinja.

Baca Juga: Rashomon, Film Klasik Negeri Sakura Ramaikan Tayangan Streaming Japanese Film Festival (JFF) Online 2022

Keberadaan sanitasi yang baik akan memengaruhi kehidupan masyarakat dan lingkungannya, termasuk juga pada air, tanah, dan udara.

Bila diterapkan dengan benar, sanitasi dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, kemudian berperan untuk mencegah timbul penyakit yang bersumber dari air.

Selain itu, tentunya lingkungan tempat tinggal lebih nyaman dan terhindar dari bau tak sedap, serta mengurangi jumlah orang sakit akibat sanitasi buruk.

Mungkin terdengar seperti bercanda, kampanye ini punya misi mulia, yakni mengajak keluarga Indonesia lebih memperhatikan sanitasi di rumah masing-masing.

Baca Juga: Gaya Prilly Latuconsina Ketemu Reza Rahadian, Pakai Mini Bag Seharga Rp 34,3 Jutaan

“Anak-anak Indonesia #DihantuiTai, panggil pemburu tai,” bunyi poster resmi UNICEF tersebut. Di situsnya, UNICEF membagi pengetahuan tentang septic tank serta kiat menjaganya agar tak mencemari lingkungan.

Perwakilan Sementara UNICEF, Robert Gass mengatakan sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya. Sayangnya, ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman.

“Dan hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka,” ujar Robert Gass yang dikutip dari situs Unicef.org, Sabtu, 12 Februari 2022.

Baca Juga: Momen Kebersamaan Rayn Wijaya dan Ranty Maria di Hari Kasih Sayang Buat Warganet Auto Baper

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna mewujudkan sanitasi yang baik dan menjaga kualitas air di rumah. Pertama-tama dengan mengenali sumber air di rumah.

Jika kebutuhan air dipenuhi dari air tanah, kualitasnya akan tergantung pada bagaimana Anda mengelola dan merawat sumber air, yaitu sumur.

Pembuatan sumur membutuhkan perencanaan yang cermat, yaitu harus dibangun di daerah bebas banjir, lokasinya jauh dari jamban dan lubang galian limbah, kandang ternak, dan tempat pembuangan sampah.

Baca Juga: Tajir Melintir! Ini 5 Menteri Paling Kaya di Kabinet Jokowi, Nomor 2 Pernah Jadi 'Lawan' RI-1, Siapa Ya?

Bagi yang mendapatkan air dari pipa PDAM, juga perlu untuk memperhatikan kualitas air yang diterima.

Kemudian, memastikan apakah air minum aman dikonsumsi dan jangan sembarangan minum air keran meski tampak jernih.

Lewat kampanye #DihantuiTai, UNICEF juga mengajak masyarakat untuk memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.

UNICEF juga telah meluncurkan situs www.cekidot.org sebagai pusat informasi yang dapat diakses masyarakat untuk menjaga kebersihan air dan lingkungan.

Baca Juga: Simak Klarifikasi dan Permohonan Maaf Ustadz Khalid Basalamah Usai Dituding Mengharamkan Wayang

Perihal masalah sanitasi buruk ini masih terus hadir dari tahun ke tahun. Kira-kira dua tahun yang lalu, merujuk data 2017, sebanyak 9 persen masyarakat Indonesia masih buang air besar sembarangan.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes Imran Agus Nurali saat itu bahkan menyebut Indonesia menempati urutan kedua dunia penyumbang kotoran yang dibuang sembarangan. Sepertinya memang benar apa kata UNICEF, bahwa tai menghantui kita.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler