AS Jadi Penyebab Invasi Rusia ke Ukraina, Profesor Studi Korea Utara: Kesimpulannya Semua Gara-gara Amerika

27 Februari 2022, 22:33 WIB
Ilustrasi penyerangan di Ukraina /Reuters/Gleb Garanich /

 


GALAMEDIA - Rusia mengaku terpaksa menyerang Ukraina karena telah 8 tahun buntu di meja diplomasi.

Bahkan Korea Utara menyatakan Amerika Serikat (AS) menjadi penyebab terjadinya konflik kedua negara tersebut.

Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Korea Utara, AS harus disalahkan atas bencana yang sedang berlangsung.

"Akar penyebab krisis di Ukraina juga karena keangkuhan dan kesewenang-wenangan Amerika Serikat," ujar Kemlu Korea Utara dikutip AFP, Minggu, 27 Februari 2022.

Peneliti studi politik internasional untuk masyarakat Korut, Ri Ji-song menyatakan, Washington mengejar supremasi militer dengan mengabaikan permintaan resmi Rusia soal keamanan negara.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina, Cendekiawan Muslim: Penyerangan AS terhadap Irak Jauh Lebih Brutal

Ia pun mengecam AS karena dinilai memegang standar ganda akibat ikut campur urusan negara lain atas nama perdamaian dan stabilitas.

"Namun, tanpa alasan yang baik, mereka mencela tindakan pertahanan diri yang diambil negara untuk memastikan keamanan nasional mereka sendiri," ujarnya.

"Berlalu sudah hari-hari AS menggunakan kekuasaan tertingginya," katanya.

Salah satu profesor Studi Korea Utara di Universitas Ewha Womans, Park Won-gon, mengatakan hal serupa.

Baca Juga: Di Universitas Syiah Kuala, Hasto Kristiyanto Ingatkan Pesan Soekarno ke Perguruan Tinggi

"Kesimpulannya adalah semua gara-gara Amerika Serikat. Poin utamanya, Anda akan menderita jika tidak punya kekuatan," tutur dian.

Korea Utara dan Rusia disebut memiliki hubungan diplomatik yang hangat.

Moskow sebelumnya pernah membantu Pyongyang menentang tekanan atau kecaman soal peningkatan kekuatan militer Korut.

Tak hanya Korut, China juga turut menyalahkan gejolak yang terjadi di Ukraina imbas ulah Amerika Serikat.

Di saat yang sama, Korut kembali melakukan uji coba rudal balistik.
Korea Selatan, sekutu dekat AS, menganggap tindakan tersebut tak bisa diterima, apalagi saat dilakukan di tengah huru-hara invasi Rusia ke Ukraina.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler