WEBINAR LITERASI GURU: Menuangkan Mutiara Berharga dalam Buku

17 Mei 2022, 21:20 WIB
Yayasan Penyelengaraan Ilahi Indonesia (YPII) cabang Bandung menggelar Webinar Literasi Guru /

GALAMEDIA - Yayasan Penyelengaraan Ilahi Indonesia (YPII) cabang Bandung menggelar Webinar Literasi Guru "Menggali dan Menemukan Mutiara Berharga Sebagai Pendidik di YPII Kampus Bandung", Selasa, 17 Mei 2022 secara virtual.

Kegiatan ini bertujuan agar para pendidik bisa menggali mutiara yang ada dalam dirinya dan membagikannya pada orang sekitar.

Mutiara tersebut pun akan dituangkan dalam sebuah tulisan yang dicetak dalam sebuah buku.

Penanggung Jawab YPII Kampus Bandung Suster Priska mengatakan, kita perlu menggali dan menemukan mutiara yang ada dalam diri kita. Bila sudah ditemukan, bagikan mutiara tersebut akan memiliki manfaat.

"Ketika kita sadari betul mutiara-mutiara didalam diri kita itu, kita gali kembali, kita sadari dan akhirnya tidak kita simpan untuk diri sendiri. Kita juga bagikan kepada sesama agar mutiara-mutiara yang Tuhan berikan pada kita juga berarti, bermanfaat bagi orang lain bukan hanya untuk siswa siswi kita tapi bagi orang yang ada di sekitar kita," ujar Suster Priska.

Baca Juga: Lawan Depresi pada Pria Muda, Diet Sehat Bisa Jadi Solusi

Karena itulah, kata Suster Priska, lewat webinar ini mutiara-mutiara yang ada didalam diri pendidik YPII cabang Bandung akan digali. Nantinya bersama-sama dengan PT Kanisius, mutiara yang sudah ditemukan tersebut akan dituangkan dalam bentuk tulisan dalam sebuah buku.

"Kita gali dan temukan mutiara-mutiara itu untuk kita kembangkan kembali, " ungkapnya.

Sementara itu Danang Afriady dari PT Kanisius mengatakan, upaya menggali dan menemukan mutiara dalam diri para pendidik ini akan sangat bermanfaat dalam menjalankan proses pembelajaran khususnya di YPII. Pihaknya pun merasa terhormat berada di acara tersebut.

"Selamat berproses dan menemukan mutiara sehingga bisa mendorong kemajuan pendidikan di YPII," ungkapnya.

Baca Juga: Tanggal Berapa Libur Sekolah Kenaikan Kelas 2022? Ini Penjelasannya

Ketua Yayasan Kanisius Semarang Romo Agustinus Mintara sebagai narasumber di acara tersebut mengatakan, ada beberapa kriteria buku yang bisa diterbitkan, di antaranya tidak menyinggung orang lain, baik untuk orang lain, tidak mengandung SARA, tidak plagiat, tidak menyomot nama orang tanpa izin, tidak ada ujaran kebencian dan lainnya.

Kemudian juga, naskah dari tulisan yang ada dalam buku tersebut harus menarik. Lalu bagaimana naskah itu bisa menarik? Menurut Romo Mintara, di dalam naskahnya bisa memuat kisah yang sama dengan yang dialami pembaca atau memberikan sesuatu yang baru.

"Setelah satu orang membaca dan tertarik maka ia akan sharing pada orang lain bila buku ini bagus," ungkapnya.

Dikatakannya, unsur mengapa bisa menjadi awal dan menarik untuk dikembangkan menjadi tulisan. Misalnya untuk pendidik bisa mengangkat tema 'mengapa setia mengajar setiap hari'.

Selain unsur mengapa, pengalaman pribadi seperti pengalaman mengajar paling berkesan juga bisa dikembangkan menjadi tulisan.

"Tidak semua pengalaman mengajar dituangkan dalam sebuah tulisan. Misalnya ada pengalaman dalam satu hari atau dalam sepekan yang menarik. Apa yang membuat pengalaman pribadi ini menarik untuk dijadikan tulisan, karena enggak berteori, dan enggak mulai dari pikiran sehingga menulisnya bisa mengalir," ungkapnya.

Baca Juga: Bukan Dideportasi, Ustadz Abdul Somad Ternyata Ditolak Masuk Singapura

Selain pengalaman pribadi, kata Romo Mintara, menulis mengenai perasaan juga merupakan hal yang menarik. Menuangkan perasaan ini merupakan salah satu trik agar tidak macet saat menulis.

"Saat menulis, tuliskah secara mengalir enggk usah pikirkan ini harus berururatan. Karena nanti dibaca lagi, terus diedit. Jadi enggak sekali, bisa dibaca lagi dan diedit untuk menempatkan (kalimat, red) secara tepat, " ungkapnya.

Dijelaskannya, hal-hal yang akan dituliskan itu haruslah diyakini sebagai mutiara dalam diri kita. Karena kamu bukan sebuah mutiara dan terus dibagiian, orang akan ketipu.

Tulisan ini pun hendaknya dalam bentuk narasi atau deskripsi, sehingga akan terasa rasa dari buku tersebut.

"Tulislah pengalaman, tulislah perasaan Anda. Usahakan tulisan Anda saat dibaca, orang yang baca bisa mengimajinasikan atau membayangkannya. Anda pernah mendengarkan drama radio seperti Saur Sepuh, Brama Kumbara, bagaimana pendengar bisa membayangkan drama tersebut," tuturnya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler