Insiden Penyelundupan Manusia Paling Mematikan, 46 Jasad Imigran Ditemukan Tewas di Peti Kemas

28 Juni 2022, 19:41 WIB
Truk-truk menunggu dalam antrian untuk menyebrang masuk ke Amerika Serikat di Jembatan Internasional Jeronimo-Santa Teresa yang menghubungkan kota Ciudad Juarez dan Santa Teresa, Nuevo Mexico /Antara/

GALAMEDIA - Insiden penyelundupan manusia paling mematikan terjadi di San Antonio, Texas, Amerika Serikat, Senin 27 Juni 2022.

Dimana jasad migran ditemukan di dalam sebuah truk peti kemas di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

Seorang pejabat Departemen Pemadam Kebakaran San Antonio mengatakan pihaknya menemukan "tumpukan mayat" dan tidak ada rambu peringatan di truk itu, yang ditemukan di sebelah rel kereta api di daerah terpencil di pinggiran selatan kota.

Baca Juga: Ini 11 Daerah yang Wajib Beli Pakai MyPertamina Saat Beli Pertalite dan Solar Mulai 1 Juli 20022

Enam belas orang lain yang ditemukan di dalam trailer itu diangkut ke rumah sakit karena suhu badan yang tinggi dan kelelahan, termasuk empat anak di bawah umur, tetapi tidak ada anak-anak di antara yang tewas, kata departemen tersebut.

"Pasien yang kami lihat terasa panas saat disentuh, mereka menderita serangan panas, kelelahan," kata Kepala Pemadam Kebakaran San Antonio Charles Hood dalam konferensi pers.

"Itu adalah truk peti kemas berpendingin tetapi tidak ada unit AC yang berfungsi di ruang peti kemas itu," tambahnya dikutip Galamedia dari Antara, Selasa 28 Juni 2022.

Baca Juga: Penyebaran PMK di Kabupaten Cirebon Meluas, Dinas Pertanian Sebut 1.356 Ternak Terjangkit

Suhu di San Antonio, yang berjarak sekitar 160 mil (250 km) dari perbatasan Meksiko, naik hingga mencapai 103 derajat Fahrenheit (39,4 derajat Celcius) pada Senin dengan kelembapan tinggi.

Kepala Polisi kota William McManus mengatakan seseorang yang bekerja di gedung terdekat mendengar teriakan minta tolong dan keluar untuk menyelidiki. Pekerja menemukan pintu peti kemas terbuka sebagian dan melihat ke dalam dan menemukan sejumlah mayat.

McManus mengatakan ini adalah insiden terbesar untuk kadus itu di kota tersebut dan tiga orang ditahan setelah insiden itu, meskipun keterlibatan mereka belum jelas.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Bicara Penggunaan Ganja untuk Medis: MUI Siapkan Fatwa

Seorang juru bicara Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) mengatakan bahwa divisi Investigasi Keamanan Dalam Negeri bekerja sama dengan polisi sedang menyelidiki "dugaan penyelundupan

Kematian itu sekali lagi menyoroti tantangan dalam mengendalikan penyeberangan migran di perbatasan AS-Meksiko, yang telah mencapai rekor tertinggi.

Masalah ini terbukti sulit bagi Presiden AS Joe Biden, seorang Demokrat yang mulai menjabat pada Januari 2021, yang berjanji untuk membalikkan beberapa kebijakan imigrasi garis keras pendahulunya dari Partai Republik Donald Trump. Partai Republik telah mengkritik strategi perbatasan Biden menjelang pemilihan kongres paruh waktu pada November.

Baca Juga: Seru, Puluhan Ibu Kelurahan Derwati Ikuti Pelatihan Eco Brick Yang Digelar Alfamart

Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard menyebut di Twitter bahwa kematian para migran di dalam truk itu sebagai "tragedi di Texas" dan mengatakan pejabat konsuler akan pergi ke rumah sakit tempat para korban dibawa untuk membantu "sedapat mungkin."

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Honduras mengatakan  bahwa konsulat negara itu di Houston dan Dallas akan menyelidiki insiden tersebut.

Ebrard mengatakan dua warga Guatemala dirawat di rumah sakit dan kementerian luar negeri Guatemala mengatakan di Twitter bahwa pejabat konsuler pergi ke rumah sakit "untuk memverifikasi apakah ada dua anak Guatemala di bawah umur di sana dan dalam kondisi apa mereka."

Baca Juga: Film KKN di Desa Penari Versi Extended Bakal Rilis, Segini Durasinya

Jalan tol I-35 di dekat tempat truk itu ditemukan membentang melalui San Antonio dari perbatasan Meksiko dan merupakan koridor penyelundupan yang populer karena volume lalu lintas truk yang besar, menurut Jack Staton, mantan pejabat senior unit investigasi ICE yang pensiun pada Desember.

Pada Juli 2017, 10 migran meninggal setelah diangkut dengan truk peti kemas yang ditemukan oleh polisi San Antonio di tempat parkir Wal-Mart.

Pengemudi, James Matthew Bradley, Jr., pada tahun berikutnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena perannya dalam operasi penyelundupan.

Baca Juga: Gaji ke-13 PNS Segera Disalurkan, Sri Mulyani: Anggaran Sudah Dialokasikan

Staton mengatakan para migran secara teratur dicegat di kawasan itu sejak insiden 2017.

"Hanya masalah waktu sebelum tragedi seperti ini akan terjadi lagi," tutupnya.***

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler