Perluasan Pemukiman Ilegal Israel Menjadi Salah Satu Faktor Eskalasi Konflik dengan Palestina

8 Oktober 2023, 08:07 WIB
Ilustrasi konflik Israel dan Palestina  /tangkap layar/Al Jazeera/youtube/

 

GALAMEDIANEWS - Ketegangan di Israel semakin memanas seiring dengan munculnya pemerintahan yang paling ekstrim dalam sejarah negara itu pada Desember 2022.

Keputusan kontroversial pemerintahan zionis ini untuk memperluas pemukiman Ilegal Israel di Tepi Barat Gaza yang dijajah telah memicu ketegangan dan kekerasan di kawasan tersebut.

Perluasan Pemukiman Ilegal yang Kontroversial

Mengutip dari kanal youtube Al Jazeera. keputusan pemerintah Israel untuk menyetujui pembangunan ribuan rumah bagi para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki telah mendapat kecaman tajam di panggung internasional.

Tindakan ini dianggap melanggar hukum internasional, sebagaimana diakui oleh berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Akibat dari kebijakan ini, serangan dan razia Israel meningkat, yang melibatkan baik para pemukim Israel maupun pejuang Palestina. Konfrontasi ini telah berdampak serius bagi komunitas yang terkena dampaknya.

Baca Juga: Pemadaman Listrik di Gaza Buat Situasi Jadi Rumit dan Rumah Sakit Tidak Bisa Gunakan Alat Medis

Eskalasi Konflik Oleh Pihak Penjajah Israel

Eskalasi konflik di wilayah Gaza menjadi perhatian besar. Berikut ringkasan peristiwa yang terjadi sebelumnya:

Insiden Hawara: Pada bulan Februari, ratusan warga pemukim Israel dari pemukiman terdekat melakukan penyerangan ke kota Hawara, yang dihuni oleh sekitar 8.000 warga Palestina. Ini menyusul penembakan dua pemukim di area tersebut, dan para penyerang mendesak untuk menghapus Hawara.

Konflik Berlanjut: Perlawanan bersenjata Palestina meningkat sejak Maret tahun sebelumnya, dipicu oleh invasi Israel di Masjid Al-Aqsa dan razia yang berkelanjutan di Tepi Barat yang diduduki dan Gaza. Israel telah berulang kali menyatakan niatnya untuk memberantas pejuang ini, yang menyebabkan ketegangan yang berlanjut.

Serangan Kamp Pengungsian Janine: Pada awal Juli, Israel melancarkan serangan selama dua hari di kamp pengungsian Janine di Tepi Barat yang diduduki. Operasi ini mengakibatkan lebih dari 3.000 warga Palestina melarikan diri akibat serangan udara, bulldozer, tank lapis baja, dan drone. Menurut Wakil Gubernur Janine, 80% rumah di kamp itu hancur, rusak, atau terbakar.

Baca Juga: Warga Sipil jadi Korban Serangan Presisi Israel yang Membombardir Gedung Hunian dan Wilayah Padat Penduduk.

Insiden di Masjid Al-Aqsa: Pada bulan April, pasukan Israel menyerang jamaah Muslim di Masjid Al-Aqsa selama salat Tarawih Ramadan, tindakan yang sangat dikritik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tindakan berlebihan. Beberapa hari terakhir, ribuan Yahudi ultra-nasionalis memasuki kompleks masjid, ditemani oleh polisi Israel, langkah yang mendapat kritik dari Wakaf Yordania, pengelola masjid.

Masa Depan yang Tidak Pasti

Pejabat Hamas telah lama menjaga bahwa mereka akan merespons tindakan Israel pada waktu dan tempat yang mereka pilih.

Serangan terbaru pada hari Sabtu kemarin, yang tampaknya mengejutkan banyak pihak, menunjukkan ketidakpastian situasi ini dan potensi eskalasi lebih lanjut.

Secara keseluruhan, perkembangan terbaru di Israel telah mengakibatkan peningkatan ketegangan, kekerasan, dan keprihatinan internasional.

Pelanggaran hukum internasional di wilayah yang dijajah, ditambah dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina, menekankan pentingnya penyelesaian damai terhadap konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Berikut Kronologi Serangan Hamas Sabtu Kemarin Terhadap Pihak Penjajah Zionis Israel

Dunia menyaksikan dengan nafas tertahan saat peristiwa terus berkembang dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini.***

 

Editor: Lina Lutan

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler