GALAMEDIA - Seorang anggota parlemen Hongaria yang ikut mendirikan partai anti-LGBT Fidesz Viktor Orban mengundurkan diri setelah kedapatan melanggar lockdown.
Bukan sekadar pelanggaran, Orban dicokok polisi saat tengah menghadiri pesta seks yang sebagian besar laki-laki di Brussel akhir pekan lalu.
Orban yang ikut merancang konstitusi ultra-konservatif Hongaria, diduga mencoba melarikan diri dari pesta seks 25 orang itu dengan memanjat melalui jendela lalu menuju pipa pembuangan.
Baca Juga: Pabrik Salah Labeli Obat, Puluhan Ibu Cemas Anak Mereka Terjangkit Sindrom Manusia Srigala
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (3 Desember 2020) Orban dilaporkan sampai melukai diri sendiri dalam proses pelariannya sebelum akhirnya ditangkap polisi.
Orban kemudian mencoba menggunakan kekebalan diplomatiknya sebelum dilepaskan dengan peringatan.
Polisi Belgia menahan 20 orang yang berpesta di sebuah apartemen pusat kota Brussel, dua di antaranya meminta kekebalan diplomatik. Demikian pernyataan jaksa Belgia.
Baca Juga: Anji Mendadak Muncul dengan Kabar Buruk, Armand Maulana: Innalillahi, Sabar Kasep
Pers lokal menyebut para pria tadi datang untuk pesta seks di apartemen yang berada di kawasan bersejarah yang dikenal karena bar gaynya.
Meski dilepas, Orban mengundurkan diri. Awalnya ia tidak memberikan penjelasan selain dirinya berada di bawah 'tekanan mental'.
Namun pada hari Selasa, ketika berita mengenai pesta seks mulai beredar, dia pun mengaku berada di pesta tersebut dan meminta maaf karena melanggar aturan lockdown yang melarang pertemuan lebih dari empat orang di ruang tertutup.
Baca Juga: Pensiun demi Ibu, Jangan Kaget Ini Banderol Laga Comeback Khabib Nurmagomedov
Orban juga mengaku menerima peringatan polisi dan ditemukan memiliki ekstasi. Meski demikian ia membantah menggunakan narkoba dan mengatakan menawarkan untuk menjalani tes narkoba di tempat yang ditolak polisi.
Pemimpin partai oposisi di Hongaria, Momentum, mengatakan skandal seks itu menunjukkan 'kegagalan moral total' dari Orban yang selama ini menggambarkan dirinya sebagai pendukung nilai-nilai Kristiani dan keluarga.
Kasus Orban ramai di saat yang sensitif bagi perdana menteri nasionalis Hongaria.
Baca Juga: Marc Marquez Kembali Naik Meja Operasi, Begini Kondisi Terkininya
PM Hongaria berselisih dengan Brussel mengenai kriteria aturan hukum terkait anggaran Uni Eropa. Ia sendiri tengah berupaya menangani pandemi dan resesi akibat virus korona yang memburuk di dalam negeri.
Sejauh ini ia menggambarkan sikap anti-migran, anti-LGBT sebagai 'demokrasi yang tidak liberal'. Sementara para pengkritik menuduhnya menekan kebebasan sipil, kemerdekaan pers dan peradilan Hongaria.
Baca Juga: Ustaz Maaher Terancam 6 Tahun Penjara, 'Cantik' dan 'Jilbab' di Foto Habib Luthfi Jadi Bukti
Kantor kejaksaan Brussel mengatakan seorang tersangka yang diidentifikasi dengan tahun lahir Orban dan inisialnya, ditangkap setelah seorang pejalan kaki melaporkan melihat seorang pria 'melarikan diri di sepanjang selokan' pada Jumat malam.
Tangan pria itu dilaporkan berlumuran darah. Ada kemungkinan dia terluka saat melarikan diri, ujar pernyataan dimaksud.
Narkotika juga ditemukan di dalam tas punggungnya. Pria itu tidak dapat menunjukkan dokumen identitas apa pun. Sebuah laporan juga dibuat untuk S.J. (1961) atas pelanggaran undang-undang narkotika.
Baca Juga: AS Roma Hambat Langkah Young Boys ke Babak 32 Besar, Usai Menang 3-1 di Kandang
Meski demikian tidak akan ada penuntutan kecuali Parlemen Eropa ‘berhasil dibujuk’ untuk melepas kekebalan hukum anggota Parlemen Eropa. Dan akhirnya Orban mengakui semua.
"Aku ada di sana," ujarnya dalam pernyataan yang didistribusikan kelompok politik konservatifnya, EPP.