GALAMEDIA - Bayonet menjadi departemen mematikan agen mata-mata Israel, Mossad yang khusus menangani pembunuhan sejak lebih dari satu dekade terakhir.
Termasuk dalam sasaran agen Bayonet para ilmuwan musuh dan pemimpin kelompok yang dianggap meneror Israel.
Meskipun tidak pernah mengakui bertanggung jawab atas pembunuhan, Mossad sejauh ini menjadi tertuduh utama serangkaian kematian peneliti Iran dengan berbagai skenario kematian.
Baca Juga: Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Keluarkan Warning untuk Habib Rizieq
Dikutip Galamedia dari paparan Tom Leonard pada DailyMail, Senin (7 Desember 2020) sejak mulai beroperasi 70 tahun lalu, Mossad tak kenal ampun dalam misi yang menyasar ekstremis Palestina, kelompok militan Syiah Hizbullah, dan buronan Nazi.
Menurut jurnalis Israel Ronen Bergman yang juga penulis buku Rise And Kill First, Mossad dan agen keamanan Israel lainnya telah melakukan setidaknya 2.700 pembunuhan sejak negara itu didirikan pada tahun 1948. Angka ini belum pernah dibantah Israel.
Baca Juga: Kapolres Ciamis : Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun ini Harus Sukses tanpa Ekses
Dengan anggaran tahunan mendekati £ 2 miliar atau tak kurang dari Rp 37 triliun dan diperkirakan memiliki 7.000 staf, Mossad disebut sebagai badan intelijen terbesar kedua di dunia setelah CIA.
Dengan catatan rangkaian pembunuhan yang mencapai ribuan Mossad sama sekali tidak bebas dari kontroversi. Kritikus menyebut arogansi Mossad sangat berbahaya dan ikut memperpanjang konflik Timur Tengah.
Baca Juga: Ridwan Kamil Imbau Masyarakat Jabar Terapkan Protokol Kesehatan Saat Pencoblosan
Tapi mereka yang membela menilai “sikap Mossad” dilatari pengepungan Israel yang secara geografis dikelilingi musuh dan selalu dalam status berperang atau mendekati perang.
Selain itu salah satu ayat Talmud, teks sentral hukum Yahudi berbunyi, ‘Jika seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah dan bunuh dia lebih dulu’.
Bergman juga menyebut Mossad termasuk agen andalan dari depatemen Bayonet beroperasi dengan tekad memastikan Holocaust tidak akan pernah terjadi lagi.
Baca Juga: Elly Rachmat Yasin Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan untuk Perkokoh NKRI
Mantan petinggi Mossad, Meir Dagan bahkan selalu memperlihatkan foto kakeknya yang berlutut ketakutan di depan tentara Nazi sebelum dieksekusi, pada para personel yang akan memulai misi.
“Mereka meyakini jika bukan mereka maka tidak akan ada yang melindungi Israel. Dan jika mereka tidak membunuh musuh hari ini maka esok akan ada korban jiwa,” ujar Bergman, yang mencatat dirinya nyaris tidak pernah menemukan tanda-tanda penyesalan dari anggota Mossad.
Buku Bergman kini diangkat menjadi serial drama HBO. Tapi misi intelijen jauh lebih rumit dari yang digambarkan serial mana pun di layar kaca.
Operasi tunggal Mossad setidaknya membutuhkan 500 agen dengan tim pembunuh yang kerap berganti pakaian dan penyamaran.
Baca Juga: Amalsholeh.com Bantu Umat Muslim Menjalankan Amal Sholeh Setiap Hari
Mossad mulai mewarnai media internasional saat menculik Adolf Eichmann, salah satu pelaku Holocaust dari Argentina tahun 1960. Eichmann diculik dan digantung di Israel.
Namun “program pembunuhan” Mossad mulai berjalan massif dan kian serius setelah 11 atlet Israel dibunuh teroris Palestina pada Olimpiade Munich 1972.
Dua dekade berikutnya, Mossad membunuh 11 tersangka di seluruh Eropa dan memicu kemarahan internasional pada tahun 1973 ketika misi mereka di Lillehammer, Norwegia salah sasaran.
Baca Juga: Sekolah Boleh Tatap Muka di 2021, Hasil Survei: Ini Alasan dan yang Perlu Dipersiapkan
Kala itu agen Mossad membunuh pelayan Maroko yang diduga sebagai dalang serangan teror Olimpiade, Ali Hassan Salameh.
Baru enam tahun kemudian mereka membunuh Salameh asli di Beirut. Agen Mossad Inggris, Erika Chambers yang berhasil menjalin pertemanan dengan Salameh meledakkan bom yang membunuhnya.
Delapan orang ikut tewas dalam ledakan bom ini, termasuk biarawati Jerman dan sekretaris asal Inggris. Korban sipil kerap menjadi bagian misi Mossad yang diduga terkadang memang disengaja.***