Dikatakan Ceng Aat, paham radikalisme seringkali membungkus kegiatannya dengan atas nama agama Islam. "Padahal agama Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Al-Amin," ucapnya.
Baca Juga: MUI Sebut Ada Pejabat yang Ingin Indonesia Buka Hubungan dengan Israel
Menurutnya, saat ini paham radikalisme dapat berkembang pesat melalui media sosial yang sasarannya adalah anak-anak muda. "Kita harus bijak dalam menggunakan medsos dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Ceng Aat menuturkan, keberadaan paham radikalisme yang telah menjurus pada tindakan kekerasan dan terorisme sudah sampai pada ambang batas yang tidak dapat ditoleransi lagi.
"Paham radikalisme yang sedang berkembang di Indonesia sudah tidak lagi sebatas pada cara berpikir tetapi sudah terorganisir menjadi sebuah gerakan politik," ujarnya.
Baca Juga: Tegaskan Tak Ada Islamofobia di Indonesia, Mahfud MD: Banyak Petinggi TNI Polri Pandai Mengaji
Menurutnya, bahaya dari gerakan politik kelompok radikalisme ini adalah mereka tidak mempercayai ruang demokrasi yang konstitusional dalam memenangkan kepentingan politiknya.
"Cara-cara kelompok intoleran, teror, radikal dan separatis saat ini tidak peduli siapa pun korbannya, termasuk keluarganya sendiri. Gerakan politik kelompok intoleran dan radikal ini sudah menggunakan berbagai cara untuk menteror masyarakat Indonesia," tuturnya.
Dikatakannya, mulai dari teror dengan menggunakan bom, bom bunuh diri, penyerangan/penembakan aparat keamanan, persekusi dan tindakan kekerasan (anarkisme) dan terakhir penikaman dengan menyasar langsung obyek serangannya yaitu salah satu tokoh pimpinan di Indonesia.
Baca Juga: Pasteur Banjir Besar, Kawasan Cihampelas Juga Ikut Terendam Akibat Tanggul Jebol