Harga Cabai Rawit dan Tarif Rumah Sakit, Picu Inflasi Kota Tasikmalaya

- 4 Februari 2021, 18:23 WIB
Salah satu pedangang cabai di Pasar Caringin Kota Bandung. Harga cabai rawit merah mengalami kenikan di Pasar Caringin, Kota Bandung.
Salah satu pedangang cabai di Pasar Caringin Kota Bandung. Harga cabai rawit merah mengalami kenikan di Pasar Caringin, Kota Bandung. /Pikiran Rakyat/Amir Faisol/



GALAMEDIA - Selama Bulan Januari 2021, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 0,25% (mtm). Angka inflasi Kota Tasikmalaya tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, sebesar 0,26% (mtm).

Pada Bulan Januari 2021, tekanan inflasi di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari kenaikan harga cabai rawit. Kondisi itu terjadi karena masih terbatasnya produksi cabai di saat curah hujan masih cukup tinggi.

"Harga cabai rawit di pasar induk Kota Tasikmalaya pada akhir Januari 2021 terpantau pada kisaran Rp73.000/kg atau mengalami inflasi 36,95% (mtm)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Darjana, Kamis, 4 Februari 2021.

Baca Juga: Sidang Ketua KPAID Kab Cirebon di PTUN Bandung, Nikah Sejak 2003 Tak Ada Perjanjian Tertulis

Menurutnya, selain terpengaruh tingginya harga cabai rawit, kenaikan harga juga terjadi pada tahu mentah akibat kenaikan harga kedelai dunia yang mengalami kenaikan hingha diatas Rp 9000 per Kg.

Di luar bahan makanan, tekanan inflasi juga berasal dari rokok kretek filter sejalan dengan kenaikan cukai rokok sebesar 12,5%.

Kata Darjana, Tarif rumah sakit dan tukang bukan mandor juga mengalami kenaikan harga sesuai pola historis kenaikan harga di awal atau akhir tahun yang menyesuaikan dengan kenaikan UMK.

Baca Juga: Denny Cagur Mulai Rambah Dunia politik, 'Ini adalahPencapaian Saya Selanjutnya'

Di sisi lain, lanjut Darjana, kelompok bahan makanan menunjukan penurunan harga didukung pasokan yang tercukupi, seperti pada telur ayam ras, minyak goreng, cabai merah, bawang merah, dan tomat.

"Harga telur ayam ras terpantau sudah dua bulan mengalami deflasi, yakni sebesar -12,18% (mtm) pada bulan Desember 2020 dan -5,53% (mtm) pada bulan Januari 2021," katanya.

Menghadapi keterbatasan pasokan cabai dari daerah sentra, terutama cabai rawit, pihaknya mengimbau agar masyarakat dapat mengoptimalkan penanaman hortikultura sederhana di pekarang rumah.

Komoditas cabai rawit termasuk hortikultura yang dapat dibudidayakan secara mandiri oleh rumah tangga menggunakan polybag.

Baca Juga: Polemik WNA asal AS Jadi Bupati di NTT, Wakil Ketua DPR Soroti Kesalahan KPUD

"Dengan begitu, diharapkan rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung pada pasar serta dapat menjadi kegiatan produktif rumah tangga," ujarnya. ***

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x