Sebut Para Jenderal, Andi Arief Beberkan Kupas Rahasia Moeldoko

- 8 Maret 2021, 20:53 WIB
Loyalis AHY, Andi Arief.
Loyalis AHY, Andi Arief. /Twitter.com/@andiarief_


GALAMEDIA - Sejumlah elite militer ataupun pensiunan tentara yang memilih terjun ke dunia politik mulai dari mendirikan partai hingga menduduki posisi ketua umum sudah lazim di negeri ini.

Sebut saja Edy Sudrajat, Sutiyoso, Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Haris Sudarno, Luhut Panjaitan hingga Hendropriyono.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief menyatakan para elite militer tersebut menjadi saksi para jenderal yang merasakan peralihan masa diktator Orde baru ke Demokrasi dengan membangun partai saat era multi partai jadi pilihan.

Menurut Andi, hal itulah jalan mereka percaya dan adaptif akan situasi politik yang terus berkembang di negeri ini.

Baca Juga: Moeldoko Jadi Ketum Demokrat Versi KLB, Saiful Mujani Sebut Moeldoko Takkan Mampu Besarkan Partai Demokrat

“Ideologisasi TNI yang dominan nasionalis dan keinginan kuat keluar dari kanalisasi wadah Jalur A yang menopang kekuatan Golkar 32 tahun mendorong lahirnya partai yang dibangun sendiri. Diantara para jenderal ini miliki pemahaman dan kesimpulan berbeda tentang masa depan Indonesia,” cuit Andi Arief di laman Twitter pribadinya, Senin,  8 Maret 2021.

Disebutkan, TNI selalu berada dalam posisi yang tepat bersama rakyat. Hilangnya doktrin dwi fungsi ABRI dan tuntutan tentara melindungi masyarakat dan menjaga negara mengubah wajah TNI drastis.

Tuntutan TNI tak berpolitik diikuti dengan lahirnya figur TNI yang popularitas tak sekuat era Orba.

Baginya, itu takdir sejarah yang tepat. 15 tahun terakhir lahir dua generasi berbeda jalan, populisme Jenderal Gatot Nurmantyo dan tak terduga lahir dari pangkat mayor Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca Juga: Moeldoko Terus Disudutkan, Jhoni Allen Berbusa-busa: Bapak Jenderal Tak Pernah Pikir Jadi Keta Umum Demokrat

Jenderal Gatot bahkan jadi figur populisme yang percaya people power seperti di latin Amerika

“Bagaimana Pak Moeldoko? Beliau figur TNI yang tidak begitu tertarik dengan ideologisasi dalam TNI. Posisinya selalu beruntung dalam TNI dan KSP, membuat beruntung dalam penumpukan kapital karena membangun koneksi dengan dunia bisnis cukup baik,” jelasnya.

Posisi Moeldoko, lanjut Andi, yang pernah menjadi panglima dan KSP yang dekat dengan kekuasaan pastilah terbangun hasrat berkuasa.

Baca Juga: Simpul Puan Sampaikan 22 Tuntutan Dalam Peringatan Hari Perempuan Internasional di Bandung

Namun kedekatan dengan dunia kapital melahirkan paradigma bahwa kendaraan dan jalan politik bisa didapat dengan traksaksional dan senyap meski sempat ketahuan.

“Tak heran kalau take over partai Demokrat dan isu tak sedap membeli pemilik suara Demokrat hitung-hitungannya transaksional gunakan struktur pengaruh karena mantan anak buahnya cukup banyak. Bukan Marzuki Ali, Jhoni Allen apalagi Darmizal pintu masuk upaya take over Demokrat,” tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x