Baca Juga: Ruhut Sitompul Merasa Sedih Sebut Gugatan Cerai Terlalu di Umbar-umbar di Media
Salah satu momen puncak eskalasi kekerasan terjadi semalam. Warga Pancoran yg masih bertahan di tanah yg telah mereka tempati sejak lama mendapatkan serangan lemparan batu, bom molotov hingga gas air mata.
Kepolisian hanya melindungi aset Pertamina, bukan keselamatan warga. pic.twitter.com/NVhTCRLiXv— KONTRAS (@KontraS) March 18, 2021
Kontras juga menyoroti pihak kepolisian yang tidak melindungi keselamatan warga, padahal sudah jelas saat itu pihak polisi ada di tempat kejadian dan malah melindungi aset Pertamina.
"Kepolisian hanya melindungi aset Pertamina, bukan keselamatan warga," kata Kontras.
Selain itu bantuan yang hendak masuk ke posko medis juga sulit dijangkau karena seluruh pintu masuk ke Pancoran Gang Buntu II dijaga ketat oleh aparat kepolisian.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu anggota Aliansi Solidaritas, Sherina Redjo, melalui akun Twitter pribadinya ia mengatakan satu-satunya ambulan yang mau menolong dilarang masuk oleh pihak kepolisian.
Baca Juga: Sepuluh Blunder Mengejutkan Akun Medsos Pesepak Bola Dunia, No 6 dan No 7 Paling Tragis
"Satu-satunya ambulan yang mau menolong kita ga boleh masuk, ditahan sama kapolsek Pancoran. Chakep," ujarnya.
Ia juga menyebut hingga saat ini jumlah data korban kekerasan Pancoran sebanyak 22 orang, diantaranya 15 orang luka ringan dan 7 orang luka berat.
Sementara itu salah satu warga yang mengalami luka berat, saat ini masih dirawat di RS Tebet.
Hingga siang ini, tim dari Kontras masih mendata warga dan Aliansi Solidaritas, karena menurutnya ada informasi beberapa warga yang sudah ditahan di Polda Metro Jaya.***