“Kalau PDIP yang bicara itu justru semacam sinyal untuk politik. Kan kita musti curigai setiap politisi bicara. Jadi itu yang real sebetulnya. Nah yang berlangsung sekarang adalah kesimpangsiuran informasi," kata Rocky.
"Jadi bayangkan misalnya soal beras ini selama satu minggu ini presiden gak bisa ambil keputusan padahal menterinya berselisih kan, PDIP bilang gak perlu. Lutfi tetep ngotot sebagai Golkar itu perlu, menteri pertanian bikin opini yang berbeda, kepala bulog, jadi macem-macem pikiran ada di kabinet dan presiden tetap bisu dalam soal semacam ini,” lanjut Rocky.
Menurut Rocky hal ini membuat warga menyimpulkan jika adanya permainan politik dibelakangnya.
Baca Juga: Lowongan Pekerjaan PT PELNI: Simak Formasi, Persyaratan dan Cara Mendaftarnya
“Iya, akhirnya, orang bikin kalkulasi bahwa soal beras ini bukan, bukan, masalah gudang, yang ada di gudang bulog yang atau survey di PS yang memperkirakan bahwa kita akan kelebihan tiga juta ton dan itu berarti gaperlu import," tegasnya.
Tapi ini masalah gudang politik yang kosong di dalam fase partai yang berupaya untuk nabung, ngerampok rente per kilogram, supaya ada modal untuk bermain politik sedalam tiga tahun kedepan, kan ini pemilunya tinggal tiga tahun kan, kalau normal ya, kalau ga normal ya pasti mungkin tahun depan udah pemilu”, kata Rocky.
Baca Juga: Terkesan Seperti Memainkan Rakyat Boven Digoel Papua, Andi Arief Kecewa Atas Putusan KPU dan MK
Rocky juga menilai jika ada partai yang pro dengan rakyat padahal sebetulnya ada pembagian yang belum terselesaikan.
“Jadi berupayalah mereka untuk, ya, mempermanfaatkan kartu dan yang kita bahas kemarin bahwa 2000 perak misalnya dari satu kilogram itu udah pundi-pundi. Jadi kita disiksa sebetulnya untuk melihat seolah-olah ada partai yang pro rakyat padahal sebetulnya itu hanya soal pembagian yang gak beres itukan, itu sebetulnya intinya tuh”, lanjut Rocky.***