Ilmuwan Beri Peringatan Keras, Bill Gates Berencana Halangi Sinar Matahari dengan Tirai Debu

- 28 Maret 2021, 10:10 WIB
Ilustrasi dampak perubahan iklim yang disebut Bill Gates bencana terburuk dibanding pandemi.*
Ilustrasi dampak perubahan iklim yang disebut Bill Gates bencana terburuk dibanding pandemi.* /Pixabay/The DigitalArtist

Lebih jauh, perubahan iklim akan membuat sebagian planet tidak dapat dihuni oleh manusia, termasuk wilayah Australia di mana suhu maksimumnya sudah mencapai 123 derajat Fahrenheit.

Namun, para kritikus mengatakan konsep awan debu akan dijadikan alasan oleh  politisi untuk tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim dengan benar.

Profesor Universitas Edinburgh, Stuart Haszeldine, mengatakan kepada Times bahwa menghalangi matahari tidak akan menghilangkan penyebab utama pemanasan global.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 28 Maret 2021: Dewa dan Nana Dimabuk Cinta, Rahasia Bu Farah dalam Bahaya!

“Awan debu akan mendinginkan planet dengan memantulkan radiasi matahari, tetapi begitu Anda melakukannya, itu seperti mengonsumsi heroin. Anda harus terus menggunakan obat untuk terus mendapatkan efeknya,” katanya.

Dia menjelaskan tanpa menangani polusi terlebih dahulu, bukan tidak mungkin debu kapur yang diperlukan di stratosfer jumlahnya akan semakin meningkat.

Efeknya bisa jadi langit siang hari akan berubah warna menjadi putih dan jika tirai kapur dihentikan suhu global akan naik lagi.

Baca Juga: Okan Kornelius Lapor Polisi Atas Pencemaran Nama Baik, Lee Sachi: Aku Sih Nggak Takut Sama Sekali

Sir David King dari Universitas Cambridge, kepada The Times mengatakan harus ada moratorium untuk meluncurkan teknik tersebut.

Sebab menurutnya hal itu bisa menjadi bencana bagi sistem cuaca dengan cara yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun.

Untuk itu, data harus dikumpulkan melalui pemodelan dan teknik lainnya.

Baca Juga: Mama Rossa Bersedih, Reyna Memilih Ikut Bersama Andin: Sinopsis Ikatan Cinta 28 Maret 2021

Ditambahkan Keutsch, intinya uji coba  dilakukan dengan menabur debu dalam jumlah cukup sedikit agar tidak menimbulkan masalah, tetapi cukup untuk dijadikan basis data dalam pemodelan.

David Keith, anggota tim studi mengatakan idealnya teknik ini dilakukan bersamaan dengan tindakan lain, bukan sebagai solusi mandiri.

Sementara timnya menganalisis konsep awan debu, para ahli lainnya fokus mengatasi masalah polusi yang lebih luas, termasuk menemukan teknologi yang dapat menarik keluar karbon dari atmosfer.

Baca Juga: Pengakuan Wilantara kepada Argdana, Ken Dirawat di Rumah Sakit: Sinopsis Love Story 28 Maret 2021

“Faktanya adalah, apa pun pendapat saya atau orang lain dari generasi saya tentang teknik surya, termasuk orang-orang yang berpikir teknik ini tidak boleh dan tidak akan pernah dapat digunakan, kami bukanlah orang yang akan memutuskannya,”  katanya kepada Times.

Ia menilai persoalannya saat ini adalah apakah para peneliti akan mempelajarinya dengan serius atau tidak.

Baca Juga: Jadwal Acara TV RCTI dan SCTV Minggu 28 Maret 2021: Intip Jadwal Ikatan Cinta dan Buku Harian Seorang Istri

“Dari sudut pandang saya, melakukan penyelidikan serius tentang apa saja risikonya dan kemungkinan keberhasilan dari konsep ini dapat memberikan informasi yang lebih baik pada generasi berikutnya untuk membuat keputusan yang lebih tepat.”

Sejauh ini ada sejumlah teori rekayasa geo yang sedang diteliti, termasuk menjadikan tanaman dan bangunan lebih berkilau untuk memantulkan lebih banyak sinar matahari, gelembung mikro di laut dan menghilangkan awan cirrus.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 28 Maret 2021: Sumarno Mengaku! Elsa Tak Bisa Berkelit Lagi, Tanda akan Tamat?

Proposal lainnya termasuk cermin raksasa berbasis ruang angkasa dan menyemprotkan garam laut ke langit untuk membuat awan lebih reflektif.***

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x