Di Wilayah Potensi Stunting, Pemkot Cimahi Salurkan 1.000 Paket Ayam dan Telur

- 31 Mei 2021, 17:43 WIB
Pendistribusian paket telur dan ayam di Kelurahan Citeureup, Senin 31 Mei 2021.
Pendistribusian paket telur dan ayam di Kelurahan Citeureup, Senin 31 Mei 2021. /Laksmi Sri Sundari/Galamedia/

GALAMEDIA - Sebanyak 1.000 paket ayam dan telur disalurkan kepada warga Kota Cimahi di wilayah yang berpotensi stunting. Paket ayam dan telur tersebut merupakan bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Disapngtan) Provinsi Jawa Barat.

Secara simbolis pendistribusian 1.000 paket ayam dan telur dikakukan di Kelurahan Citeureup, Senin 31 Mei 2021, yang dihadiri langsung Pelaksana Tugas (Plt.) Wali Kota Cimahi, Ngatiyana.

"Hari ini kita melaksanakan kegiatan pendistribusian 1.000 paket yang terdiri dari 1 ayam frozen dan 10 butir telur ayam kepada warga yang berpotensi stunting, yakni Kelurahan Citeureup, Kelurahan Cigugur Tengah, dan Kelurahan Leuwigajah. Pemberian paket ayam dan telur ini merupakan bantuan dari Pemprov Jawa Barat dalam hal ini Dispangtan," ujar Ngatiyana.

Baca Juga: Ketum DPP HIPMA MPH Ferdy Oktavianus Apresiasi Kinerja Pemerintah Kota Bandung

Sebanyak 419 paket disistribhsikan kepada warga yang ada di Kelurahan Citeureup, 288 paket ke Kelurahan Cigugur Tengah, dan 293 paket untuk warga di Kelurahan Leuwigajah.

"Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur di Jawa Barat," ungkap Ngatiyana.

Ia menjelaskan, pemenuhan hak-hak manusia diantaranya adalah perbaikan kesehatan anak, dimana kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia.

"Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat," beber Ngatiyana.

Baca Juga: Polemik KTP Seorang Imam Katolik, Gus Nadir Ungkap ‘Dalang’ Masalahnya

Lebih jauh dikatakannya, keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. "Beberapa tahun belakangan ini, istilah stunting menjadi populer karena menjadi salah satu masalah gizi yang perlu penanggulangan serius," terangnya.

Dijelaskan Ngatiyana, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan, dan pada masa awal setelah bayi lahir. "Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun," ucapnya.

Disebutkannya, prevalensi stunting di indonesa adalah 37,2%. sedangkan di Kota Cimahi, terdapat penurunan angka stunting selama tiga tahun yaitu 2017 sampai dengan 2019, dan kemudian naik lagi pada tahun 2020.

"Angka stunting pada balita tahun 2017 sebesar 15.74%, menurun menjadi 9.75% di tahun 2018. Dan tahun 2019, angka stunting di Kota Cimahi menurun lagi menjadi 9,07%," katanya.

Baca Juga: Jangan Bersepeda Sembarangan! Sepeda Terancam Disita Aparat Polda Metro Jaya

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, balita yang mengalami stunting sepanjang tahun 2020 ada 3.520 orang, atau 10,89 persen dari total balita yang mencapai 32.327 orang. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 9,07 persen.

"Salah satu penyebab naiknya penderita stunting di Kota Cimahi pada tahun 2020, lantaran munculnya wabah Covid-19. Dimana sejak pandemi, proses validasi balita stunting menjadi tidak optimal, dikarenakan kunjungan rumah dibatasi, jadi pemantauan balita tidak optimal," ungkap Ngatiyana.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x