Menkeu Sri Mulyani Ungkap Ada Ancaman Lain yang Sama Dahsyatnya dengan Pandemi Covid-19

- 11 Juni 2021, 15:58 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Menkeu Sri Mulyani Mengaku ada ancaman lain Pandemi Covid-19
Menteri Keuangan Sri Mulyani Menkeu Sri Mulyani Mengaku ada ancaman lain Pandemi Covid-19 /Instagram.com/@smindrawati

GALAMEDIA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tiba-tiba mengungkapkan ada ancaman lain yang berdampak sama dahsyatnya dengan pandemi Covid-19.

Sehubungan itu kata Sri Mulyani mengajak seluruh negara di dunia untuk mencegah atau setidaknya mengurangi dampak dari ancaman ini.

Dilansir dari Antara Jumat, 11 Juni 2021, ancaman yang dimaksud Sri Mulyani adalah perubahan iklim atau atau climate change. Untuk itu, maka semua negara harus berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Anak Melalui Lomba Vlog, Atalia Ridwan Kamil Apresiasi Inisiatif Dispusipda Jabar

“Saat ini dunia dihadapkan pada ancaman yang katastropiknya, dampaknya, konsekuensinya yaitu climate change.

Kita sudah melihat berbagai studi menunjukkan dampak dari climate change itu akan sangat dahsyat,” ujar Menkeu Sri Mulyani saat webinar Climate Change Challenge yang diselenggarakan Universitas Indonesia (UI), Jumat, 11 Juni 2021.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mencontohkan dampak dari perubahan iklim yang telah terjadi di berbagai dunia seperti mencairnya es di kutub utara dan selatan serta perubahan iklim berupa kekeringan maupun hujan yang berkepanjangan.

Baca Juga: Punya Klub Sepak Bola, Atta Halilintar Kena Sentil PSSI, AHHA PS Pati Tak Diakui Federasi

Bahkan jika merujuk pada laporan yang digunakan sebagai referensi dalam pertemuan climate change dunia, saat ini suhu dunia 1,1 derajat celcius lebih hangat dibandingkan masa pra-industrialisasi.

Berdasarkan kajian tersebut, lanjut Sri Mulyani, meskipun semua negara melaksanakan Nationally Determined Contribution (NDC) dalam Paris Agreement untuk menurunkan emisi karbon, dunia tidak akan terhindar dari kenaikan suhu.

“Dunia akan tetap meningkat suhunya menjadi 3,2 derajat celcius dibandingkan pra-industri pada 2030. Ini berarti akan melewati batas yang oleh para ahli disebutkan kenaikan suhu maksimal yang bisa ditahan bumi yaitu 1,5 hingga 2 derajat celsius,” jelas Sri Mulyani.

Baca Juga: Vicky Shu Tampil Fresh dengan Rambut Pendeknya, Intip Yuk Potretnya

Berkaca dari pandemi COVID-19 di mana negara maju sekalipun tidak siap menghadapinya, Sri Mulyani menekankan pentingnya kontribusi dan komitmen seluruh negara untuk menurunkan emisi karbon.

“Perlu target yang lebih ambisius. Kita terus melakukan keselarasan kebijakan-kebijakan untuk mencapai komitmen (Paris) tersebut atau bahkan lebih ambisius,” ujarnya.

Sri Mulyani menyampaikan Indonesia sebagai negara yang besar diminta untuk berperan aktif di dunia internasional dalam meminta komitmen negara-negara tetangga dan negara-negara maju dalam memenuhi konsekuensi sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi dari high carbon menjadi low carbon atau bahkan zero carbon emission.

Baca Juga: Klaster Covid-19 Gedung Sate Kantor Ridwan Kamil Terus Bertambah, Total Ada 45 ASN Terpapar

Ia menyebutkan beberapa sektor memiliki peranan penting seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui deforestasi yang telah membuahkan hasil positif dengan mendapatkan dana kompensasi dari penurunan CO2 dari deforestasi, termasuk juga pekerjaan rumah di bidang energi terbarukan dengan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 23 persen pada 2025.

Adapun isu lingkungan hidup termasuk di dalamnya mengenai penurunan emisi karbon dan komitmen Perjanjian Paris merupakan agenda prioritas nomor enam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x