Diakui Dunia Internasional, Vaksin Nusantara Tak Hanya Tuntaskan Masalah Covid-19 Melainkan Juga Kanker

- 19 Juli 2021, 09:10 WIB
Ilustrasi vaksin Nusantara.
Ilustrasi vaksin Nusantara. /ANTARA/Irwansyah Putra

GALAMEDIA - Vaksin Nusantara tak hanya menjadi akhir dari Corona Virus Disease-19 (Covid-19) di dunia melainkan juga penyakit kanker.

Hal tersebut diungkapkan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dalam kanal youtube @jordanliono, Minggu, 18 Juli 2021.

Ia menyebutkan, Vaksin Immunoteraphy Nusantara, sudah diakui kalangan dunia internasional.

Di New York, Amerika Serikat, lanjut dia, telah terbit sebuah jurnal yang isinya mengatakan bahwa vaksin Nusantara merupakan akhir dari kanker dan Covid-19.

Vaksin Immunoteraphy Nusantara sebenarnya telah diteliti sejak jauh hari sekitar 2015, karena pada awalnya diperuntukkan dalam penanggulangan penyakit kanker.

Dalam pengembanganya hanya merubah antigen dalam vaksin tersebut.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Kantor BPOM Kebakaran, Belasan Mobil Pemadam Kebakaran Dikerahkan

"Antigen yang ada menjadi antigen artificial atau antigen recombinant Covid-19, dimana kita dapat menyesuaikan berdasarkan kebutuhan, sehingga kesehatan nasional dapat kita jaga dengan membuat imunitas bagi semua masyarakat," jelas Terawan.

Soal produksi massal Vaksin Nusantara, Terawan mengatakan, hal tersebut sangat mudah karena Vaksin Immunoteraphy Nusantara dapat diproduksi dan penyimpananya juga sangat mudah.

"Saat ini kita telah memiliki teknologi untuk terus mengembangkan serta memproduksi Vaksin Immunoteraphy Nusantara bersama tim RSPAD," ungkapnya.

Namun hal yang paling penting, ia mengatakan, bagaimana Vaksin Immunoteraphy Nusantara menjadi eviden. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara pertama yang mengembangkan dendritic cell vaccine immunotherapy.

"Efektivitas Vaksin Immunoteraphy Nusantara juga sangat efektif, karena saya sendiri beserta beberapa teman lainya telah menjadi relawan dan telah merasakan efek imun dari Vaksin Immunoteraphy Nusantara," ujarnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 19 Juli 2021: Terungkap! Olivia Ternyata Melihat Elsa di Hari Pembunuhan Roy

Peneliti Utama Vaksin Immunoteraphy Nusantara, Kolonel Corp Kesehatan Militer (CKM) dr Jonny mengungkapkan vaksin buatannya diambil dari sel tubuh orang yang akan divaksinasi.

“Jadi diambil dari sel tubuh kita sendiri, kemudian sel darah putih kita biarkan selama 5 hari. Kemudian setelah 5 hari kita kenalkan kepada protein seperti yang dipunyai oleh protein virus,” tutur Jonny.

“Jadi di situ ada yang disebut dengan protein S atau Spike, dan ini yang menentukan bagaimana virus itu bisa menyerang tubuh kita, jadi protein ini yang kita kenalkan ke sel darah putih,” tambah Jonny.

Setelah dikenalkan selama 2 hari, sambung Kolonel Jonny, maka sel darah putih akan mempunyai memori terhadap virus Covid-19.

Sehingga, pada saat tubuh kita masuk virus Covid-19, tubuh kita sudah lebih siap untuk menghadapi Covid-19 ini.

“Karena dia sudah tahu dan sudah kenal tidak perlu memproses lagi, mengenali lagi virus itu dulu, kemudian membentuk imunitas seluler tetapi vaksin ini menyediakan imunitas seluler untuk tubuh kita. Itulah kelebihan dari vaksin ini kenapa karena berasal dari tubuh kita sendiri,” ujar Jonny.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof Dr dr Chairul Anwar Nidom mengatakan, Dendritic Immunotherapy Nusantara mampu mengantisipasi mutasi Covid-19.

Baca Juga: Lagi-lagi Dikritik BEM, Jokowi Dinobatkan Sebagai ‘The Guardian of Oligarch’ oleh BEM Udayana

“Kalau menggunakan vaksin konvensional, seperti vaksin impor dari 6 perusahaan asing, itu, maka harus menunggu lebih dari 1 tahun. Keburu virusnya mutasi lagi. Ini yang menyebabkan vaksin konvensional gagal mengahadapi Covid-19,” ungkap Prof Nidom.

Untuk menghadapi mutasi virus Covid-19, ia menyatakan, hal itu harus segera bisa diikuti dengan penggantian antigen-nya dalam pembuatan vaksin. Soalnya mutasi virus Covid-19 saat ini telah mencapai 200 mutasi.

“Tidak mungkin menggunakan vaksin dengan antigen lama untuk menghadapi mutasi virus yang terus menerus,” ujarnya.

“Oleh karena itu, metode denditrik pada Dendritic Immunotherapy Nusantara yang dikembangkan Dr dr Terawan Agus Putranto dari RSPAD Gatot Subroto, sangat signifikan,” lanjut dia.

Vaksin Immunotherapy Nusantara yang menggunakan medote denditrik akan menjawab sesuai perkembangan mutasi virus yang bisa berbeda-beda di dalam tubuh. Ini jadi jalan keluar, atas kegagalan vaksin konvensional.

Kandungan vaksin dendritik adalah sel dendritik yang setiap saat bisa diambil dari plasma.

Protein antigen-nya setiap saat bisa diganti menyesuaikan perkembangan virus. Bahan penumbuh sel dendritik, setiap saat bisa dibeli.

Baca Juga: Jokowi Jangan Bersikap Seperti Buzzer Soal PPKM, Rocky Gerung Ingatkan Solusinya Bisa Jadi Bentrokan di Jalan

Keuntungan penggunaan Vaksin Immunotherapy Nusantara adalah untuk penderita komorbit karena dendritik sel masing-masing orang.

Komorbiditas dan komorbid artinya penyakit penyerta; sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya.

Pasien yang sedang gawat di rumah sakit, karena pembentukan antibodi spesifik bisa langsung setelah disuntikkan, tidak menunggu 14 hari dulu.

“Dengan jumlah penduduk Indonesia terbesar ke-4 di dunia, berarti Indonesia menghadapi resiko terbesar dalam pandemi ini. Seyogyanya semua potensi anak bangsa khususnya aspek-aspek kesehatan, obat dan vaksin, diberi tempat untuk berkembang,” ujar Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga ini.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah