Erick Thohir Minta Mahasiswa Peneliti Vaksin Pulang, Politikus PKS: Terlalu Banyak Gimmick

- 26 Juli 2021, 15:29 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI dan Politikus PKS Mulyanto.
Anggota Komisi VII DPR RI dan Politikus PKS Mulyanto. /Dok. DPR RI./



GALAMEDIA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan bahwa rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta pulang mahasiswa Indonesia yang berkiprah di lembaga riset internasional hanyalah sekedar gimmick semata.

Mulyanto yang juga Politikus PKS, mengatakan bahwa kepulangan mahasiswa tersebut tidak berdampak terhadap upaya penanggulangan Covid-19 di dalam negeri.

Sebelumnya diketahui Menteri BUMN Erick Thohir meminta Indra Rudiansyah agar kembali ke Indonesia untuk membantu meneliti dan mengembangkan vaksin di Indonesia.

Indra Rudiansyah adalah mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan kuliah S3 di Oxford. Indra diketahui menjadi salah satu peneliti vaksin AstraZeneca.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 26 Juli 2021: Elsa Berusaha Temui Sumarno Namun Al Pindahkan Perawatannya ke Tempat Ini

Terkait hal tersebut, Mulyanto  menjabarkan bahwa yang menjadi persoalan saat ini adalah anggaran dan fasilitas penunjang untuk riset, bukan tenaga peneliti.

“Persoalan kita hari ini bukan kekurangan tenaga peneliti, tapi kekurangan anggaran dan fasilitas penunjang untuk riset," papar Mulyanto dikutip Galamedia dari laman DPR RI.

"Percuma mereka dipanggil pulang kalau dukungan fasilitas dan pendanaan riset belum memadai. Hasilnya akan sama saja,” ucap Mulyanto pedas.

Mulyanto lalu mengatakan bahwa saat ini Indonesia sudah memiliki banyak tenaga peneliti yang andal.

Para peneliti tersebut memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja di lembaga riset internasional dan beberapa di antaranya ada yang mendapat penghargaan internasional.

Baca Juga: Tahun Baru Islam Kerajaan Arab Saudi Mulai Terima Umrah, Simak Syaratnya untuk Jemaah Indonesia

“Kemampuan para peneliti yang ada di dalam negeri sekarang sudah sangat memadai. Masalahnya pemerintah masih setengah hati dalam membangun ekosistem ristek nasional," tegasnya.

Doktor nuklir lulusan Tokyo Institute of Tehcnology ini menyebut pengelolaan bidang riset di Indonesia masih belum optimal.

Apalagi saat ini Kementerian Riset dan Teknologi dibubarkan, diganti dengan lembaga setingkat badan.

Kemudian lembaga riset prestius seperti BPPT, LIPI, BATAN, dan LAPAN akan dilebur ke dalam BRIN.

Menurutnya, perubahan struktur kelembagaan ristek ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas riset di Indonesia. Ia pun merasa sangat miris bila berbicara terkait anggaran dan fasilitas penelitian.

Mulyanto bahkan menyebutkan bahwa anggaran buzzer lebih besar daripada anggaran riset vaksin. Padahal hasil vaksin lebih diperlukan rakyat daripada hasil kerja buzzer.

Baca Juga: KPK Bakal Panggil Anies Baswedan Terkait Kasus Korupsi Lahan Munjul dalam Dua Pekan Kedepan

"Bagaimana mungkin hasil riset kita bersaing dengan negara lain kalau ekosistem ristek semakin merosot," ujar Mulyanto.

Politikus PKS itu pun meminta pemerintah tetap fokus menanggulangi pandemi ini berdasarkan hasil kajian ilmiah para ahli peneliti (scientific based).

Ia juga meminta pemerintah untuk mengajak para peneliti untuk merumuskan upaya terpadu untuk menanggulangi masalah Covid-19.

"Jangan terlalu banyak gimmick yang hanya tebar pesona," kritik Mulyanto.

Mantan sekretaris Menristek ini mendesak pemerintah mempercepat riset dan produksi vaksin Merah Putih yang dimotori Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Ia meminta pemerintah memberikan dukungan fasilitas dan anggaran yang cukup agar para peneliti dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x