Utang Kian Parah, Tokoh Papua: Prestasi Jokowi yang Paling Menonjol adalah Terus Mengutang di Tengah Pandemi

- 1 Agustus 2021, 21:02 WIB
Tokoh Papua Christ Wamea.
Tokoh Papua Christ Wamea. //Twitter/@PutraWadapi/

GALAMEDIA – Tokoh masyarakat Papua, Christ Wamea kembali mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Christ Wamea sendiri memang terkenal vokal mengkritik pemerintahan. Kali ini ia menyoroti utang Indonesia yang kian menggunung.

Menurutnya prestasi pemerintahan Jokowi yang paling menonjol adalah terus melakukan utang bahkan di tengah pandemi Covid-19.

Hal ini ia utarakan melalui akun Twitter pribadi @PutraWadapi pada Minggu, 1 Agustus 2021.

“Prestasi Jokowi yg paling menonjol adlh terus ngutang di tengah Pandemi,” katanya.

Baca Juga: Ekonom INDEF Kritik Penanganan Covid-19: Indonesia Sakit Namun Ekonomi Disuruh Lari, Harusnya Lockdown  

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati akan terus mencari utang pada kuartal II tahun ini.

Sri Mulyani mengatakan, utang baru pada kuartal II tahun 2021 diproyeksikan mencapai Rp 515.1 triliun. Kendati jumlahnya besar, proyeksi utang tersebut lebih kecil dari jumlah utang dalam UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.

Menurut dia, ini hal bagus, karena Indonesia telah menurunkan 18.6 persen utangnya. Hal ini ia utarakan dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar), Senin, 12 Juli 2021.

“Prognosa kita untuk kuartal II hanya akan mencapai Rp 515,1 triliun. Ini hal yang bagus, berarti kita mengurangi kenaikan utang yang tadinya Rp 1.177 triliun menjadi Rp 958 triliun atau turun 18.6 persen,” ujarnya.

Baca Juga: Kebijakan Pengunjung Wajib Vaksin Masuk Mal, Ali Syarief: Potret Indonesia Dalam Kegelapan  

Lebih lanjut, menteri satu ini menjelaskan, proyeksi utang pada kuartal I tahun 2021 adalah Rp 443 triliun. Jika dijumlahkan dengan proyeksi utang kuartal II tahun 2021, maka totalnya adalah Rp 958 triliun. Angka itu lebih rendah sebesar Rp 219 triliun.

Sri Mulyani menyatakan, penurunan terjadi karena defisit APBN yang lebih rendah. Meski masih 5.7 persen dari PDB, defisit secara nominal akan ditekan menjadi Rp 939.6 triliun dari Rp 1.006,4 triliun. Nominal ini menyusut sekitar Rp 66.8 triliun. ***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x