Usai Taliban Berkuasa, Warga Afghanistan Khawatirkan Jejak Digital Digunakan Untuk Melacaknya

- 20 Agustus 2021, 23:01 WIB
Seorang anggota Taliban berdiri di depan Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Afghanistan.
Seorang anggota Taliban berdiri di depan Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Afghanistan. /REUTERS/Stringer.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) dengan cepat merangkul teknologi biometrik, pertama kali dengan menguji sistem pengenalan iris mata kepada pengungsi Afghanistan di Peshawar, Pakistan pada 2002.

Sistem yang memindai retina dan sidik jari diterapkan di sejumlah negara lain, dan digunakan oleh UNHCR untuk menangani krisis pengungsi Syria.

UNHCR mengatakan registrasi biometrik memungkinkan penghitungan dan identifikasi pengungsi yang lebih akurat, memastikan registrasi dan pemberian bantuan jadi lebih efisien, dan membantu mencegah kecurangan.

Namun para kritikus menunjuk pada tantangan teknis, seperti pencocokan wajah yang memberi hasil keliru. Mereka mengatakan pendaftaran pengungsi secara biometrik dapat disalahgunakan oleh negara tuan rumah yang meminta akses dengan alasan keamanan.

Baca Juga: Pelajar Usia 12-17 Tahun Ikuti Vaksinasi Covid-19 di Sabuga

Ada risiko data pengungsi biometrik sensitif dibagikan dengan negara pendonor dan digunakan oleh mereka untuk tujuan selain kemanusiaan, kata Katja Lindskov Jacobsen, peneliti keamanan di Universitas Kopenhagen.

"Di tengah maksud baiknya, penggunaan teknologi biometrik dalam penanganan pengungsi secara kemanusiaan mungkin membawa beragam risiko bagi populasi pengungsi" karena data mereka dapat diakses tanpa sepengetahuan atau seizin mereka, kata dia.

Pada Juni, Human Rights Watch mengatakan UNHCR telah membagikan informasi tentang pengungsi Rohingya tanpa seizin mereka kepada Bangladesh sebagai negara tuan rumah, yang kemudian membagikannya kepada Myanmar --negara yang mereka tinggalkan-- untuk keperluan verifikasi pemulangan pengungsi.

Kelompok hak asasi mengatakan praktik pengumpulan data UNHCR "bertentangan dengan kebijakan badan itu sendiri dan mengekspos pengungsi kepada risiko lebih lanjut".

Menanggapi tudingan itu, UNHCR menyatakan bahwa "tindakan-tindakan spesifik telah diambil untuk memitigasi potensi risiko" dalam berbagi data. Mereka juga mengatakan para pengungsi "secara tegas ditanya apakah mereka memberikan izin jika data mereka dibagikan" kepada kedua negara itu.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x