Vaksin Nusantara Sulit Dikembangkan Massal, Akademisi Ini Dorong Percepatan Produksi Vaksin Merah Putih

- 10 September 2021, 18:34 WIB
Ilustrasi Vaksin Merah Putih.
Ilustrasi Vaksin Merah Putih. /Antara

Baca Juga: Bahas Soal Vaksin Nusantara, dr Riska Larasati Ungkap Cara Mendapatkannya

"Indonesia tentu dapat belajar dari pengalaman negara lain seperti, Jepang, Korea, Brazil dan Turki. Jepang sendiri paling tidak telah memasuki uji klinis tahap ketiga untuk tiga jenis Vaksinnya, yaitu Shionogi dan AnGes selain Daiichi Sankyo," ungkapnya.

Ia pun mengungkapkan, vaksin yang berbeda dengan vaksin Niusantara yang dikembangkan sat ini di Indonesia adalah Vaksin Merah Putih.

Saat ini terdapat enam institusi penelitian dan lembaga pendidikan di Indonesia tengah mengembangkan penelitian untuk menemukan vaksin Covid-19. Institusi itu adalah; Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Masing-masing lembaga ini mengembangkannya dengan metode yang berbeda. LBM Eijkman mengembangkan dengan platform protein rekombinan, UI dengan platform DNA- MRNA dan virus-like particle.

Unair menggunakan formula Adenovirus dan Adeno-Assisated Vierus-Basedf, ITB menggunakan platform Vector Adenovirus, sementara UGM menggunakan protein rekombinan dan LIPI juga menggunakan metode protein rekombinan fusion.

"Harus diakui ilmuwan kita banyak, peneliti kitapun banyak, bahan baku yang diperlukan lebih dari cukup. Apalagi untuk menghasilkan vaksin covid-19 seperti yang dilakukan oleh para peneliti dan ilmuwan di berbagai Negara.Metodenya dan cara penemuannya sama," katanya.

Terlebih, lanjut dia, cara kerjanya sama dan komponen berupa protein, gen, particle, DNA dan lain sebagainya termasuk metode dan tekniknya hampir semuanya dapat dilakukan di Indonesia.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Sudah Bisa Diterima Masyarakat Bagi Pendaftar di RSPAD, Peneliti: Hoaks!

"Kita terlambat beberapa langkah, dari negara-negara yang sudah memporoduksi vaksin. Pada saat semua Negara telah memproduksi, kita baru mulai fokus untuk bekerja. Waktu kita banyak terbuang. Keburu anggaran habis duluan untuk membeli vaksin dari luar," katanya.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah