Selama PJJ, Kekerasan Terhadap Anak Meningkat

- 17 September 2021, 21:18 WIB
Anak usia sekolah banyak ditemukan menjadi badut jalanan di sejumlah perempatan lampu merah di Kabupaten Garut./Agus Somantri/Galamedia
Anak usia sekolah banyak ditemukan menjadi badut jalanan di sejumlah perempatan lampu merah di Kabupaten Garut./Agus Somantri/Galamedia /

GALAMEDIA - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut menyebut, selama kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak.

Sekretaris P2TP2A Kabupaten Garut, Rahmat Wibawa mengatakan, bentuk kekerasan tersebut bermacam-macam. Ada yang bentuk kekerasannya verbal, dan ada juga yang secara fisik.

"Namun kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan tersebut adalah kekerasan dan memberikan dampak terhadap anak," ujarnya, Jumat 17 September 2021.

Baca Juga: Mengejutkan, Jumlah Subscriber YouTube Deddy Corbuzier Usai Ramai Seruan Unsubscribe Imbas Nyinyiri Santri

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak Perempuan di Subang, Bareskrim Polri Turun Tangan Cari Pelaku

Menurut Rahmat, kebanyakan kekerasan tersebut terjadi saat kegiatan pembelajaran jarak jauh, baik saat daring maupun luring yang dilakukan di rumah.

Bahkan ia menyebut, para guru yang biasa mengajar di sekolah tidak luput menjadi pelaku kekerasan tersebut.

"Jadi saat belajar ini, karena biasanya belajar di sekolah dibimbing oleh guru tapi pas di rumah harus dibimbing oleh orang tua. Pas belajar ini kadang anak tidak fokus, momentum itulah yang kemudian menjadikan terjadinya kekerasan terhadap anak. Secara verbal dimarahi atau secara fisik dicubit atau dijewer," ucapnya.

Rahmat mengakui, selama ini pihaknya banyak menerima laporan kejadian (kekerasan) terebut dari sejumlah wilayah di Kabupaten Garut.

Baca Juga: Karni Ilyas Dibuat Bingung dengan Kebijakan Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi bagi Penumpang Pesawat

Bahkan hingga kini kekerasan terhadap anak tersebut masih berlangsung karena kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) saat ini masih dilakukan secara terbatas.

"Kalau saat anaknya belajar di sekolah, kekerasan terhadap anak tidak terjadi. Tapi saat di rumah, kembali berulang," ucapnya.

Rahmat menyebutkan, kekerasan terhadap anak selama PJJ tersebut menjadi perhatian pihaknya. Ia pun berharap agar hal itu tidak dilakukan karena akan memberikan dampak psikologis secara tidak langsung terhadap anak.

Hal lainnya, terang Rahmat, PJJ juga tidak jarang melahirkan terjadinya eksploitasi tanpa disadari oleh orang tua terhadap anak.

Ia mencontohkan, sekarang ini di Garut banyak ditemukan badut-badut di jalanan yang didalamnya anak-anak.

Baca Juga: Gerah dengan Amandemen UUD 1945, Gatot Nurmantyo Pertanyakan Kejiwaan Pengusulnya

"Orang tua menyebut itu kemauannya si anak, tapi mereka menikmati keuntungan dari aktivitas tersebut," katanya.

Rahmat menuturkan, kegiatan tersebut menjadi sesuatu hal yang bisa mempengaruhi pendidikan anak, karena kesehariannya dihabiskan di jalanan.

Disamping itu, mereka juga kemungkinan akan bertemu dengan hal-hal yang tidak wajar.

"Yang paling utama, karena aktivitas tersebut mereka berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikan karena merasa sudah bisa menghasilkan uang, ini yang kita khawatirkan," ucapnya.

Rahmat menyebutkan, dalam menyikapi permasalahan tersebut, pihaknya pun akan melakukan langkah-langkah dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi yang terbaik.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x