Mantan Menteri BUMN Ungkap Relawan Vaksin Nusantara Terpapar Covid-19 Varian Delta

- 20 September 2021, 16:35 WIB
Ilustrasi - Vaksin Nusantara masih dalam proses uji klinis.
Ilustrasi - Vaksin Nusantara masih dalam proses uji klinis. /Pixabay/geralt

 


GALAMEDIA - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menceritakan salah seorang relawan Vaksin Nusantara terpapar virus corona.

Hal itu ia ungkapkan melalui situs disway.id, dikutip GAlAMEDIA, Senin, 20 September 2021.

Berikut kisah mantan Direktur Utama PT PLN 2009-2011 ini:

KAMI menghentikan olahraga senam dansa. Salah satu pelatih kami positif. Ia juga relawan Vaksin Nusantara: Ali Murtadlo, 56 tahun.

Ali tidak merasakan gejala apa pun. Tidak panas (36,7), tidak batuk, tidak mual, tidak sering ke belakang, tidak kehilangan rasa.

Tapi Ali positif Covid-19. Dengan CT 19.66.

"Kalau tidak rasa apa-apa mengapa tes Covid?"

"Istri saya melihat wajah saya mbrabak (kemerahan)," ujar Ali. "Lalu diminta tes".

Sang istri, seorang guru besar ekonomi, baru saja negatif dari Covid-19. Dua minggu lalu.

Ali tidak mau tes. Ia memilih becermin. "Rasanya wajah saya sama saja," katanya.

Di hari ketiga sang istri tetap mengatakan wajahnya mbrabak. Ali becermin lagi: tidak ada perubahan apa-apa. Juga tidak ada rasa apa-apa.

Baca Juga: Prabowo Jawab Ancaman China Jadi Trending Topic, Netizen Beberkan Fregat Arrowhead 140 Milik Indonesia

Tanpa izin sang ayah, anak Ali mendaftarkan sang ayah ke tempat tes. Kemarin pagi. Ali tidak berkutik. Berangkat. Positif.

"Bagaimana istri tahu perubahan wajah Anda yang begitu samar?"

"Istri saya sensitif sekali. Sering mengingatkan kalau wajah saya mbrabak," jawabnya.

"Berarti sudah sering mbrabak?"

"Sering. Setiap kali makan gorengan wajah saya mbrabak," katanya.

Itulah. Tiga hari lalu Ali melihat ada nasi goreng di meja makan. "Saya ini anti mubazir. Ya saya makan saja," katanya.

Sang istri kaget nasi goreng itu sudah habis. Juga menyesal. Mengapa menaruh nasi goreng di situ. Sebenarnya sang istri sendirilah yang akan makan nasi goreng itu. Ia tahu sang suami tidak akan mau. Tapi dia lihat nasi goreng itu terlalu berminyak. Dia tidak jadi makan. Dia tinggalkan di meja.

"Tapi nasi goreng kan tidak bisa menularkan virus. Dari mana kira-kira virus itu menular?"

"Mungkin di rumah ini. Atau di jalan," jawabnya.

Baca Juga: PT Pertamina Buka 3 Lowongan Pekerjaan Terbaru September 2021: Simak Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Ali, Sabtu lalu mengantarkan dua orang pulang ke Pacitan. Itu asisten di rumahnya. Naik mobil. Ia sendiri yang mengemudikan. Sejauh enam jam. Pukul 02.00 dini hari baru tiba di Pacitan –kampung halamannya. Tidur sebentar. Bangun, salat subuh. Tidur lagi sebentar. Pukul 08.00 sudah mengemudikan mobil lagi balik ke Surabaya. Enam jam lagi.

"Saya salah. Saya terlalu pede. Kan saya merasa badan saya segar saja. Rupanya tidak cukup istirahat di Pacitan," katanya.

Orang yang ia antarkan ke Pacitan itu, setelah dites, ternyata positif. Saya masih mengusahakan agar Ali dites lebih lanjut: virus jenis apa yang menular padanya. Saya masih bertanya-tanya apakah bisa dilakukan di Surabaya.

Ali adalah salah satu pelatih senam kami. Kami punya banyak sekali pelatih. Peserta yang sudah pintar digilir naik panggung. Grup pelatih inti tinggal tampil seminggu sekali. Saya sendiri sudah pensiun dari pelatih. Jadi pelatih cadangan saja. Gerakan saya sudah tidak hot seperti dulu lagi.

Saya segera menginformasikan positifnya Ali itu ke dokter Terawan Putranto. Dulu pun, begitu. Ketika mendengar ada yang sudah VakNus masih bisa positif saya juga informasikan ke inisiator VakNus itu.

Berarti Ali Murtadlo ini kasus kedua. Ia positif meski tidak merasa apa-apa. Ia tidak merasa apa-apa tapi positif.

Untung ia makan nasi goreng. Kalau wajahnya tidak mbrabak ia tidak akan melakukan PCR.

"Memang saat ini penularan begitu tinggi," ujar dokter Terawan. Ia minta agar Ali jaga imun, istirahat, isolasi mandiri.

Data Worldometer Selasa pagi lalu memang mengagetkan. Indonesia sudah menjadi juara dunia Covid-19: 29.745 orang. Kemarin sore jadi 31.000. India sudah terkendali, tinggal 26.612 orang.

Menko Luhut Binsar Panjaitan sendiri mengungkapkan data jelas sekali: 90 persen yang melanda Jakarta belakangan ini adalah varian D. Keterangan Luhut itu tersiar luas di semua media kemarin sore.

Apakah yang menular ke Ali Murtadlo juga varian Delta? "Hampir pasti itu virus baru. Kan sudah divaksin VakNus. Mungkin varian Delta," ujar Prof Dr Nidom dari Laboratorium PNF Surabaya.

"Biar pun sudah divaksin, vaksin apa pun, masih bisa terkena virus varian baru. Termasuk VakNus," kata Prof Nidom.

Baca Juga: Dari Hasil Visum Terungkap! Tak Hanya Dihajar Habis-habisan, Kosman Dilumuri Kotoran Manusia oleh Napoleon

 

Bedanya, kalau diizinkan, VakNus bisa menyesuaikan diri dengan cepat. "Dalam tiga minggu VakNus sudah bisa membuat vaksin untuk anti varian baru," ujar Prof Nidom, ahli virus dari Universitas Airlangga itu.

Sedang vaksin lain, untuk menyesuaikan diri, perlu waktu lama. Bisa satu tahun. "Praktis harus melakukan berbagai uji coba sejak dari awal lagi," katanya. "Sedang untuk VakNus tinggal mengubah antigennya. Tentu kita harus lebih dulu mendapatkan contoh virus varian barunya," ujar Prof Nidom.

Kenapa semua ini bisa terjadi? Yang sudah divaksin bisa tertular varian baru? Itu karena vaksin yang disuntikkan belum mencakup varian baru. Berarti ada yang salah di keterangan awal: bahwa VakNus sudah mencakup varian baru.

"Itulah risiko vaksinasi dilakukan terlalu awal. Ketika virus belum stabil. Masih berubah-ubah," ujar Nidom.

Kini varian Delta sudah begitu meluas. Vaksinnya belum ada. Masih akan lama. Yang siap membendungnya, yang dalam waktu paling singkat, adalah VakNus. Itu kalau penjelasan Prof Nidom bisa kita pegang.

Kemarin petang, saya minta Ali melakukan cek suhu badan lagi. Jam 17.30. Juga saturasi oksigennya.

Hasilnya: suhu badan 36,0 derajat dan saturasi oksigennya 99. Ia juga merasa seperti orang sehat sekali.

Sebelumnya Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi PNF (Professor Nidom Foundation), Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, drh., MS, sempat mengungkapkan perihal tersebut.

Disebutkan, pada uji klinis fase II ada tiga relawan Vaksin Nusantara terinfeksi Covid-19. Pihaknya langsung melakukan pemeriksaan terhadap ketiga relawan tersebut.

"Walau terinfeksi Covid-19, gejala terparah yang mereka terima hanya kepada satu orang, dia merasakan pilek. Tapi tidak menjadi lebih parah. Padahal mereka terkena Varian Delta," ujarnya.

Hasil analisa kepada ketiga relawan itu, lanjutnya, ternyata perkembangan Covid-19 pada tubuhnya memiliki pola yang sama. Virus di dalam tubuh ralawan tersebut mengalami pelemahan.

Terkait hal itu, ia pun mengungkapkan virus yang menginfeksi relawan tersebut kini tengah dalam penelitian laboratorium.

Baca Juga: Lelah Diburu Paparazzi, Adele Posting Foto Pacar Baru Beraset Setengah Triliun

"Kita ingin tahu sejauh mana perkembangan virus varian Delta tersebut, apakah virus itu masih bisa menular apa tidak, kita sedang teliti itu," ujarnya.

Dengan hasil seperti itu, Nidom menaruh harapan terhadap Vaksin Nusantara. "profil imun tak ada masalah, dan kalau terinfeksi, virusnya mengalami pelemahan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Prof Nidom menyatakan saat ini Vaksin Nusantara secara teknis dan sains sudah tak ada masalah sehingga sebenarnya sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Jadi yang jadi masalah adalah nonteknis dan nonsains," ujarnya.

Dijelaskan, masalah tersebut antara lain berkaitan dengan soal regulasi dari lembaga pemerintah.

"Ini merupakan produk baru. Sehingga tak ada dalam regulasinya. Jadi regulator saat ini tak bisa terima hal baru. Seharusnya hasil penelitian one step a head ini bisa diterima oleh regulasi. Ya kita doakan saja semoga bisa ada titik temunya sehingga vaksin ini bisa segera digunakan kepada masyarakat," ujarnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x