Kebijakan Balancing Dynamic, Perekonomian Jawa Barat Mengalami Pertumbuhan Positif

- 30 September 2021, 20:50 WIB
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Herawanto (kiri)./Rio Ryzki Baree/Galamedia
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Herawanto (kiri)./Rio Ryzki Baree/Galamedia /

GALAMEDIA - Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan berat terhadap perekonomian global, baik nasional maupun Jawa Barat. Dimana akibat pandemi tersebut, sejak triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terkontraksi.

Walau demikian, sejalan dengan implementasi kebijakan yang bersifat dynamic balancing yaitu dengan tetap menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi tanpa mengabaikan protokol kesehatan, pada triwulan II-2021 perekonomian Jawa Barat mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,13 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Herawanto mengatakan, pada triwulan III-2021 ini, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan tetap tumbuh positif, meskipun melambat.

Adanya perlambatan aktivitas ekonomi seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 gelombang kedua secara nasional termasuk di Jawa Barat terutama pada Juli-Agustus 2021, yang diikuti dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKMD), telah berdampak pada menurunnya mobilitas masyarakat dan aktivitas usaha.

Baca Juga: Konflik Demokrat Berubah Jadi Mahfud MD vs Yusril Ihza Mahendra, Guru Besar IPB: Makin Hangat Perdebatannya

"Berkaca pada penanganan pandemi Covid di tahap pertama, sangat penting untuk terus menjaga bergeraknya aktivitas ekonomi dan terkendalinya risiko kesehatan melalui berbagai kebijakan yang bersifat dynamic balancing," ungkapnya pada West Java Industrial Meeting (WJIM) 2021 di Hotel Savoy Homan, Jln. Asia Afrika, Kota Bandung, Kamis, 30 September 2021.

Kendati demikian, menurutnya sikap optimisme juga perlu dibangun agar dapat mendorong keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi, mendorong pelaku usaha merealisasikan investasi, meningkatkan permintaan kredit sekaligus mengurangi tingkat undisbursed loan pada perbankan.

Sementara itu, dari sisi supply diperlukan upaya berkesinambungan dan komprehensif untuk terus mendorong kinerja sektor ekonomi unggulan.

"WJIM merupakan forum sinergi pemerintah, akademisi, pelaku industri dan lain sebagainya, sekaligus wadah perumusan berbagai kebijakan strategis yang dapat diimplementasikan untuk mendukung percepatan transformasi industri pengolahan, baik skala kecil, menengah maupun besar dalam memasuki industri 4.0," tuturnya.

Baca Juga: Masuk Polres Cimahi Kini Tak Bisa Semudah Dulu, Harus Siapkan PeduliLindungi

Dikatakannya berbagai persiapan dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan Indonesia menuju industri 4.0, mulai dari menentukan parameter kesiapan industri, membangun ekosistem dalam mengakselerasi transformasi.

Selain itu, Herawanto menuturkan bahwa pendekatan dan skema pembiayaan perlu menjadi perhatian perbankan dan lembaga keuangan, dengan memanfaatkan peluang pengembangan industri ke depan.

"Dalam konteks transformasi digital, perlu diperhatikan langkah-langkah untuk memastikan pelaku bisnis di berbagai level memiliki kesiapan melakukan transformasi digital secara end-to-end," ujarnya.

Bank Indonesia juga memberikan dukungan sesuai kewenangan dan program, antara lain dalam digitalisasi ekonomi melalui Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang telah terbentuk di seluruh wilayah di Jawa Barat.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Industri dan Perdagangan, Arifin Soedjayana menerangkan bahwa salah satu kunci utama akselerasi pemulihan pada industri pengolahan dan transformasi industri adalah dari sisi supply chain.

Baca Juga: Sebut Anies Baswedan Berkualitas ‘Begal’ Demokrasi, Komisaris PT. Pelni Singgung Aksi Demo di Kantor PSI

Jawa Barat sebagai industri pengolahan di wilayah lainnya di Indonesia masih belum memiliki positioning yang optimal baik dalam local value chain maupun global value chain.

Menurutnya hal ini menjadi potensi yang dapat dikembangkan, termasuk menjadi peluang bagi perbankan nasional untuk mengambil peran dukungan pembiayaan.

Urgensi pembiayaan juga menjadi hal penting, pendekatan dan skema pembiayaan perlu menjadi perhatian perbankan dan lembaga keuangan, dengan memanfaatkan peluang pengembangan industri ke depan.

"Sebagai wujud nyata dukungan terhadap sektor industri pengolahan, khususnya penguatan supply chain industri tekstil sebagai produk unggulan Jawa Barat, maka diluncurkan Material Center Jawa Barat," terangnya.

Arifin menjelaskan dengan kehadiran Material Center Jawa Barat diharapkan memberikan kemudahan akses bahan baku dan efisiensi jalur distribusi, antara industri besar dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor industri tekstil.

Baca Juga: Namanya Bak Pahlawan Islam, Ustadz Felix Siauw: Saya Lebih Pilih Nama Felix Siauw dari Nama Muhammad al-Fatih

"Tidak hanya dari aspek ekonomi, untuk semakin baik dalam pengelolaan kesehatan masyarakat sebagai salah satu prasyarat akan keberlangsungan pertumbuhan perekonomian Jawa Barat. Yaitu dengan membangun herd immunity masyarakat, termasuk tentunya keluarga besar pelaku industri dan perdagangan," jelasnya.

Dalam WJIM 2021 juga dilakukan pemberian vaksinasi secara simbolis kepada sektor industri dan perdagangan.

Bantuan vaksinasi ini merupakan bentuk kontribusi Bank Indonesia dan OJK kepada warga Jawa Barat dengan total vaksin yang diberikan sebanyak 59.620 dosis.

Vaksin dialokasikan kepada Industri dan pusat perdagangan, baik mal maupun pasar rakyat, di 21 kabupaten/kota di Jawa Barat, sekaligus sebagai rangkaian “Gebyar Vaksinasi Jawa Barat” untuk menuju 37 juta warga Jawa Barat tervaksin hingga Desember 2021.

"Dengan demikian, akselerasi pemulihan perekonomian Jawa Barat dapat menjadi komponen penting bagi pemulihan ekonom nasional," tambahnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah