Saat ditanya wartawan tentang animo masyarakat kecil untuk perpustakaan, Dadang menyatakan mungkin distrubsi digitalnya harus ke sana.
Artinya, bukan hanya konten pengelolan perpustakaannya tapi branding juga harus diangkat. Oleh karena itu ini menjadi moment dari pemerintah dan pihaknya mencoba menyiasati dengan kurikulum yang sesuai dengan digital.
Baca Juga: Hartanya Disita KPK, Terdakwa Kasus RTH Dadang Suganda: Tidak Ada Hubungan dengan Pencucian Uang
Dijelaskan Dadang, harusnya konten dan kompetensi, sudah giring ke distrubsi digital, tapi nama perpustakaan itu yang membuat orang tidak memiliki wawasannya baru.
"Artinya, bagaimana perpustakaan lama dan baru, orang masih berpikir bahwa ilmu perpustakaan masih ada di buku di rak kemudian ruangan sepi orang kacamata tebal dan pekerjaan kurang gaul," terangnya.
"Sehingga sepertinya kurang ada link and match dengan kondisi sekarang. Oleh karena itu kita akan mengolah kompetensinya itu sendiri kemudian nama dan prodi akan kita ubah ke digital," ungkapnya.
Saat ditanya mengapa Universitas Widyatama baru berani membuka prodi Perdagangan Internasional, Dadang Suganda menyatakan, saat ini ada surat terbaru dari Dikti bahwa hubungan internasional bisa membuka Perdagangan Internasional.
Baca Juga: Terdakwa Kasus RTH Merasa Kecewa dan Menilai Tuntutan Jaksa KPK Berlebihan
Menurut Dadang, sebetulnya hubungan internasional bukan hanya diplomasi politik tapi diplomasi budaya. Dan ada diplomasi yang meningkat secara umumnya hubungan Perdagangan Internasional.
Sebab adanya kewirausahaan bisnis, politik, dan sosial, menurut Dadang Suganda dalam kontek ini cocok sekali Fisip membuka itu, karena dalam hubungan internasional ada kewirausahaan politik.