Tak Ingin Generasi Lembek yang Tak Tahu Risiko, Jerman Kini Rancang Taman Bermain dengan Desain Berbahaya

- 2 November 2021, 11:15 WIB
Taman bermain ala Squid Game di Stasiun Itaewon, Korea Selatan.
Taman bermain ala Squid Game di Stasiun Itaewon, Korea Selatan. /Netflix

GALAMEDIA - Taman bermain biasanya identik dengan keamanan. Tapi di Jerman taman bermain yang baru kini dirancang dengan desain yang menyertakan unsur bahaya.

Tujuannya memaksa anak-anak mengatasi rintangan dan di saat yang sama menghitung risiko cedera jika sampai mereka jatuh. Demikian diungkap profesor perkembangan motorik Rolf Schwarz.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, pekan ini Profesor Schwarz dari Universitas Pendidikan Karlsruhe berpendapat taman bermain yang 'aman' mencegah anak-anak belajar menakar risiko pada tahap awal perkembangan mereka.

Baca Juga: Sukses Ditonton Miliaran Kali, Ini Lima Music Video Ariana Grande dari Side To Side Hingga 7 Rings

“Jika kita ingin anak-anak siap menghadapi risiko, kita perlu membiarkan mereka bersentuhan dengan risiko,” ujar profesor yang bekerja dengan dewan dan perancang taman bermain dalam pengembangan rintangan yang menantang tersebut.

Sebelumnya Rebecca Faulkner, eksekutif peneliti nirlaba New York play:groundNYC mengatakan area pendaratan di arena bermain berupa busa berbahan sponge tidak membantu anak-anak memahami bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi.

“Sponge tidak mengajari anak-anak bahwa ada konsekuensi jatuh saat bermain dan mereka tidak akan belajar apa pun darinya selama ada sponge saat jatuh,” kata Faulkner.

Baca Juga: Sasar Kalangan Pelajar, Unpas Kembali Gelar Vaksinasi Covid-19, Rektor: Bantu Pemerintah Capai Herd Immunity

Ia melanjutkan, “Permukaan yang kenyal hanya membuat anak-anak tahu bahwa permukaan tempat mereka jatuh itu lunak, padahal yang sesungguhnya tentu saja tidak.”

Rencana membangun taman bermain yang “berbahaya” muncul setelah sejumlah perusahaan asuransi kecelakaan tahun lalu meminta perencana kota, dewan, dan taman bermain Jerman mengembangkan struktur yang membantu anak-anak menumbuhkan kompetensi risiko.

Sebab banyak anak-anak Jerman menghabiskan begitu banyak waktu di dalam ruangan di tengah pandemi.

Baca Juga: Mirip Angelina Jolie dan Brad Pitt, Shiloh Remaja Hollywood Paling Diburu Paparazzi

Berbeda dengan di Jerman, perusahaan asuransi di Inggris mengambil pendekatan berbeda dengan menolak mengasuransikan taman bermain yang dianggap terlalu 'berisiko tinggi' untuk menghindari biaya pembayaran atas kecelakaan.

Perusahaan asuransi Zurich Municipal tahun 2019 menarik pertanggungan dari beberapa taman bermain karena dinilai memengaruhi jumlah biaya klaim yang timbul dari kecelakaan saat bermain.

Penelitian Play:ground NYC menunjukkan anak-anak memiliki kemampuan menilai risiko yang lebih baik dari yang diperkirakan. Sementara Faulkner mengklaim terlalu “memastikan keamanan” dan mengawasi anak-anak dapat menyebabkan lebih banyak kecelakaan.

Baca Juga: Sean Gelael Ulang Tahun ke-25, Pebalap Ini Dapat Ucapan dari Anya Geraldine

"Salah satu hal yang kami perhatikan adalah bahwa anak-anak sangat pandai dalam menilai perilaku mereka sendiri," katanya.

“Alasan mereka terkadang mengalami kecelakaan karena ada banyak orang dewasa di sekitar yang sangat berhati-hati dan gugup dan terus menyuruh mereka untuk berhati-hati dan waspada.”

Sementara itu, tim peneliti di Houston, Texas melakukan penelitian selama lima tahun untuk menentukan jenis taman bermain yang paling memicu cedera serius pada anak-anak.

Baca Juga: Jadwal Liga 1 Pekan Ini, Persela vs Persib: Maung Bandung Tanpa Supardi dan Estaban Vizcarra

Hasil peneitian tahun 2018 mengungkap meski cedera cukup jarang terjadi, mayoritas melibatkan dua jenis taman bermain. Yaitu taman dengan peralatan yang dianggap 'lebih aman' vs taman bermain jenis petualangan yang lebih berbahaya dengan wahana yang tak terawat.

Selanjutnya, studi Studioludo yang membandingkan taman di Inggris dan Amerika mengungkap bahwa taman petualangan lebih populer di kalangan anak-anak (55 persen) dan mendorong tingkat aktivitas lebih tinggi sekitar 16-18 persen dibandingkan dengan taman hiburan.

David Köhler, yang perusahaannya telah membangun taman bermain dan struktur jaring laba-laba berbasis tali di Jerman sejak tahun 1970-an, mengatakan kepada Guardian pihaknya mendorong penggunaan struktur yang lebih menantang.

Baca Juga: IKM Sumbang 21,47 Persen Output Industri Nasional, Kemenperin Gencar Vaksinasi Covid-19 bagi Pelaku IKM

“Anak-anak mungkin merasa tidak aman saat pertama kali memanjat jaring kami, tetapi ini sebenarnya yang membuat struktur menjadi lebih aman,” katanya.

“Ketika orang merasa tidak aman, mereka ekstra hati-hati. Desain kami telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.”

Sementara itu, British Children's Play Survey mengungkapkan awal tahun ini warga Inggris lebih protektif terhadap anak-anak dengan mengorbankan kemampuan mereka mengelola risiko dan kesehatan mental serta fisik secara keseluruhan.

Baca Juga: Sebut MBS Psikopat, Eks Intel Saudi Klaim Miliki Bukti Rencana Pembunuhan Raja Abdullah dengan Cincin Beracun

Menurut penelitian, anak-anak usia sekolah dasar di Inggris umumnya tidak diizinkan bermain di luar tanpa pengawasan sampai usia 11 tahun. Sedangkan generasi orangtua mereka dapat melakukannya pada usia sembilan tahun.

“Kami melihat anak-anak menuju akhir tahun sekolah dasar tanpa cukup kesempatan mengembangkan kemampuan mereka menilai dan mengelola risiko secara mandiri.”***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x