GALAMEDIA - Orang-orang kaya Rusia menguras isi ATM menyusul nilai mata uang Rubel yang kian terpuruk.
Mereka melakukannya menyusul panic buying atau tepatnya panic shopping untuk mengamankan aset.
Dikutip dari DailyMail, Jumat 4 Februari 2022, tak seperti warga biasa, panic buying di kalangan jet-setter dilakukan di mal-mal elite dengan memburu berbagai barang mewah.
Kali ini bukan untuk digunakan melainkan sebagai pengamanan aset.
Mereka membeli emas, perhiasan dan jam tangan mewah yang bakal memiliki nilai jual tetap tinggi di tengah krisis keuangan akibat sanksi Barat yang melumpuhkan sebagai reaksi atas invasi Vladimir Putin ke Ukraina.
Salah satu brand yang diburu, Bulgari mengakui peningkatan penjualan perhiasan di Rusia selama beberapa hari terakhir usai sanksi internasional yang dikeluarkan untuk Putin hingga membatasi pergerakan uang tunai.
Banyak orang kaya Rusia berusaha menghabiskan banyak uang untuk perhiasan dan jam tangan mewah yang memiliki nilai jual kembali yang tinggi.
Baca Juga: Dukung Pemilu 2024 Ditunda, Zulkifli Hasan Singgung Nama Muhaimin Iskandar
Harga emas, perhiasan dan jam tangan desainer dapat bertahan di tengah krisis dan dalam beberapa kasus, bahkan meningkat seiring chaos ekonomi yang disebabkan oleh perang dan konflik.
CEO perhiasan Italia Mr Jean-Christophe Babin mengatakan, “Dalam jangka pendek bagi kami ini artinya peningkatan bisnis dan menunjukkan perhiasan Bulgari merupakan investasi yang aman.”
Dalam wawancara dengan Bloomberg, Babin menyinggung tentang SWIFT, sistem pengiriman untuk pembayaran internasional yang menghubungkan lebih dari 11.000 lembaga keuangan di seluruh dunia.
Baca Juga: Jadi Orang Pertama yang Dukung Penundaan Pemilu 2024, Zulkifli Hasan: Masa Tidak Boleh
Sanksi SWIFT atas Rusia membuat banyak brand tidak mungkin bertransaksi dengan klien Rusia.
Menanggapi invasi Putin ke Ukraina, SWIFT memutuskan kerja sama dengan bank-bank Rusia dari layanan pesan keuangan mereka yang efeknya turut membatasi pergerakan uang tunai.
“Sampai kapan, sulit untuk dipastikan karena memang dengan langkah-langkah SWIFT, yang diterapkan sepenuhnya, akan mempersulit jika bukan tidak mungkin untuk mengekspor apa pun ke Rusia,” papar Babin.
Baca Juga: Heboh! Jokowi Mengajak Masyarakat Ikuti Wajib Militer, Antisipasi Perang Dunia Ketiga, Ini Fakta Sebenarnya
Mata uang Rubel merosot 30 persen di awal perdagangan sebelum turun kembali hingga 20 persen.