Untuk melakukan konservasi air tanah ini butuh dukungan berbagai pihak termasuk pihak swasta dan dukungan dari masyarakat yang bisa turut menjaga keberlangsungan air tanah dengan menanam pohonm serta membuat sumur resapan atau biopori.
"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penghematan air. Pemakaian air kita rata-rata 200 liter perhari, sementara standar WHO hanya 60 liter perhari. Ini berarti kita sudah melakukan pemakaian melebihi standar, dan perlu adanya upaya melakukan penghematan bersama-sama," katanya.
sementara itu, Prof Waluyo Hatmoko, Profesor Riset Bidang Tata Kelola Sumber Daya Air, mengatakan Indonesia secara umum menjadi negara nomor 4 di dunia dengan air terbanyak, terlebih di Jawa Barat yang menjadi gudangnya air.
Namun kondisi tersebut jauh berbeda karena dicontohkan Kota Bandung mengalami kesulitan air termasuk air minum.
Selama ini untuk memenuhi air tersebut berasal dari Pengalengan yang dialirkan melalui pipa besar kurang lebih 2-3 meter kinik perdetik.
Angka ini sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan penduduk Bandung Raya hingga untuk menutupi kebutuhan, masyarakat mengambil air tanah.
"Saat ini banyak masyarakat menggunakan alat yang pompanya ditanam di tanah hingga 40 meter untuk menyedot air. Hal ini semakin membuat permukaan air tanah kian menurun. Bisa normal kembali tapi membutuhkan waktu puluhan bahkan bisa ratusan tahun," katanya.
Baca Juga: Musisi MF Ditangkap Polisi! Diduga Terkait Penyalahgunaan Narkoba
Menurutnya, untuk mengatasi krisis air tanah tak bisa hanya dengan kampanye namun perlu mekanisme yang memaksa.