GALAMEDIA - Laporan ranking Kebahagiaan Dunia PBB menyatakan negara mayoritas muslim di Asia, Afghanistan sebagai negara yang paling tidak bahagia di dunia. Bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa.
Dikutip dari CW, Senin 21 Maret 2022, PBB memperingatkan skor kebahagiaan ini bisa turun lebih drastis lagi.
Laporan kebahagiaan merupakan laporan rutin yang dirilis PBB di setiap Hari Kebahagiaan Internasional yang diperingati setiap 10 Maret.
Baca Juga: Tagar #IkatanCintaBadScript Trending, Penonton Kritik Penulis Baru Sinetron Amanda Manopo dan Arya Saloka
Sehari sebelum Hari Kebahagiaan Internasional pada hari Minggu kemarin, PBB mengungkap Afghanistan berada di urutan terakhir dari 149 negara yang menjadi objek survei.
Laporan tahunan Kebahagiaan Dunia mengurutkan skor berdasar data selama lebih dari tiga tahun. Ini berarti skor rendah untuk Afghanistan tidak didapat setelah kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan tahun lalu.
Lebanon, Botswana, Rwanda, dan Zimbabwe melengkapi lima negara terbawah yang paling tidak bahagia.
Baca Juga: Profil Roby Satria, Gitaris Geisha yang 3 Kali Ditangkap Karena Kasus Penyalahgunaan Narkoba
Sementara di ujung lainnya, ada Finlandia yang berada di peringkat satu negara paling bahagia untuk kali keempat berturut-turut.
Diikuti oleh Denmark, Swiss, Islandia, dan Belanda. Jerman berada di urutan ke-14.
Tak sedikit yang mengaitkan ketidakbahagiaan Afghanistan dengan kecaman atas invasi Taliban dan mundurnya militer AS setelah dua puluh tahun menjaga stabilitas di negara Asia tengah itu.
Terlepas dari triliunan dana yang diinvestasikan komunitas internasional selama dua dekade, Afghanistan ‘tak juga bahagia’.
Baca Juga: Viral Kanti Utami, Ibu yang Tega Gorok Anaknya, Begini Hasil Visum Jenazah Sang Anak
Hitungan indeks laporan Kebahagiaan Dunia PBB meliputi enam faktor yaitu PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat saat lahir, kebebasan untuk membuat pilihan hidup, kesejahteraan dan persepsi korupsi.
Hasilnya Afghanistan mendapat skor terendah di semua kategori tanpa memperhitungkan kembalinya rezim garis keras konservatif Taliban. Total indeks Afghanistan 2,5, sementara Finlandia 7,8.
Korupsi yang merajalela di bawah pemerintah yang didukung AS di Kabul memperburuk kemiskinan rakyat di tengah kurangnya kesempatan kerja.
Baca Juga: Pawang Hujan MotoGP Mandalika Buat Heboh Dunia Hingga Dipuji Dorna, Dedy Corbuzier Bilang Begini
Harapan kondisi akan membaik setelah jatuhnya Taliban pada tahun 2001 tak mewujud. Jajak pendapat Gallup pada tahun 2018 menunjukkan mayoritas orang Afghanistan tidak memiliki harapan untuk masa depan.
"Sayangnya, satu-satunya fokus di sini adalah perang, panglima perang dan politisi korup," kata analis Nasratullah Haqpal kepada kantor berita AP, merujuk pada akibat invasi pimpinan AS.
"Orang-orang menjadi semakin miskin dan kecewa hingga kian tak bahagia... Itulah mengapa 20 tahun investasi di Afghanistan runtuh hanya dalam 11 hari," tambahnya terkait pengambilalihan Kabul oleh Taliban pada Agustus tahun lalu.***