Ketergantungan USD, BI Jabar Dorong Pelaku Industri Optimalkan LCS dalam Ekspor dan Impor

- 15 Juni 2022, 19:06 WIB
West Java Industrial Summit di Trans Luxury Hotel, Jln. Gatot Subroto, Kota Bandung, Rabu (15/6/2022).
West Java Industrial Summit di Trans Luxury Hotel, Jln. Gatot Subroto, Kota Bandung, Rabu (15/6/2022). /Rio Ryzki Batee/Galamedia/
GALAMEDIA - Bank Indonesia (BI) Jawa Barat mendorong para pelaku industri untuk mengoptimalkan penggunaan Local Currency Settlement (LCS), dalam kegiatan ekspor dan impor. 
 
Dengan demikian dapat menekan biaya transaksi kegiatan ekspor dan impor, yang saat ini masih memiliki ketergantungan terhadap single currency (USD).
 
Dengan pemanfaatan LCS tersebut, maka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing industri di Jawa Barat. Sehingga mampu memantapkan kontribusi manufaktur Jawa Barat terhadap perekonomian nasional, yang saat ini mencapai 28,27 persen terhadap perekonomian, dan 23,43 persen terhadap ekspor nasional dengan potensi yang dapat terus meningkat.
 
 
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Herawanto mengatakan bahwa LCS adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara. Dimana settlement transaksinya dilakukan di dalam yuridiksi wilayah negara masing-masing. 
 
"Instrumen ini tentunya ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang hard currencies, terutama USD. Dengan mendorong penggunaan mata uang lokal untuk settlement perdagangan dan investasi," ungkapnya disela-sela West Java Industrial Summit di Trans Luxury Hotel, Jln. Gatot Subroto, Kota Bandung, Rabu  15 Juni 2022 
 
Menurutnya melalui LCS, maka biaya transaksi perdagangan internasional yang semakin murah, sehingga meningkatkan efisiensi dan mendorong daya saing produk di pasar internasional. 
 
 
"Dari sudut pandang yang lebih makro, implementasi LCS yang semakin optimal ke depan akan turut memberikan andil pada kestabilan nilai Rupiah, seiring dengan ketergantungan terhadap mata uang hard currencies yang berkurang," jelasnya. 
 
Saat ini LCS telah diimplementasikan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang dan Tiongkok. Dengan melibatkan 5 mata uang lokal yakni Rupiah, Ringgit, Baht, Yen dan Yuan.
 
Sementara itu, selain sebagai kontributor terbesar sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekspor, Provinsi Jawa Barat dalam satu tahun terakhir ini, tercatat sebagai provinsi dengan pangsa nilai transaksi LCS terbesar secara nasional. Dimana terdapat 439 perusahaan yang telah mengimplementasikan LCS. 
 
 
"Besarnya pangsa pemanfaatan LCS oleh industri di Jawa Barat, membuat penyelenggaraan WJIM 2022 menjadi sangat strategis, guna semakin memasifkan implementasi LCS secara nasional," katanya. 
 
Selain dari kemudahan dan efisiensi transaksi, WJIM 2022 juga menghadirkan one stop solution bagi pelaku industri Jawa Barat melalui interactive talkshow dan one-on-one service assistance dengan berbagai narasumber yang ahli di bidangnya, mengenai berbagai macam instrumen pendukung kegiatan ekspor-impor lainnya.
 
Seperti pengurusan perizinan melalui OSS, fasilitas fiskal dan non-fiskal, sistem pelaporan transaksi dan hasil devisa ekspor-impor, fasilitas pajak dan bea cukai, Kemudahan Impor dan Tujuan Ekspor (KITE), kemudahan dan pemanfaatan sistem informasi terkait kepabeanan dan cukai, serta Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
 
 
WJIM 2022 juga telah terinisiasi kesepakatan komitmen asosiasi pelaku usaha industri Jawa Barat, untuk menggunakan dan mengimplementasikan LCS dalam transaksi ekspor-impor sebagai perwujudan sinergi dalam mendorong ekonomi Jawa Barat. 
 
"Mari kita dukung berbagai upaya penguatan daya saing industri Jawa Barat melalui pemanfaatan LCS dan instrumen lainnya, sebagai percepatan pemulihan ekonomi," tambahnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x