Komunitas @SaveJanda Bantu Para Janda Hadapi Stereotipe Negatif

- 30 Juni 2020, 21:46 WIB
Komunitas #savejanda
Komunitas #savejanda /EDK/

GALAMEDIA-Menjadi janda bukan perkara mudah. Berbagai stereotipe dan hambatan terpampang di hadapan para perempuan yang telah bercerai atau ditinggal mati suaminya. Para janda menghadapi stereotipe negatif.

Bahkan ketika mereka bekerja sangat keras menjadi kepala keluarga sekalipun, tak jarang masih mendapat ‘stempel’ yang kurang menyenangkan.

“Saatnya kita bersama-sama menghentikan pembentukan stigma negatif terhadap kata janda. Kami dan teman-teman di @SaveJanda sedang berusaha untuk meminimalisir stigma janda di masyarakat,” ujar Founder Komunitas @SaveJanda, Mutiara Proehoeman melalui pesan tertulis yang dikirim ke redaksi galamedia.pikiran-rakyat.com di Jakarta, Selasa 30 Juni 2020.

Baca Juga: ASUS ROG Zephyrus G14 Klaim Laptop Gaming Terkuat di Dunia Saat Ini

Mutiara juga menyayangkan cuitan Henry Manampiring terkait eksistensi janda yang akhirnya membuat ramai di media sosial. Dalam cuitan platform Twitter, melalui akunnya @newsplatter, penulis buku non-fiksi ‘Filosofi Teras’ & ‘The Alpha Girl’s Guide’ itu menyampaikan, “Istilah janda dan duda sebaiknya diganti preloved partner”. Setuju?”

Cuitan Henry tersebut disambut marak oleh warga netizen. Termasuk tuaian kemarahan yang diterima oleh Henry dari para aktivis perempuan, khususnya janda.

Baca Juga: Korupsi, 6 Pejabat Bea Cukai dan Pengusaha Rovert Diperiksa Kejagung

“Hai Henry, di saat kami dan teman-teman di @SaveJanda sedang berusaha untuk meminimalisir stigma janda di masyarakat, anda justru menambah beban kami atas apa yang sedang kami perjuangkan. Preloved sama saja kata kerennya untuk bekas #lawanstigmajanda,” komen Mutiara Proehoeman, membalas cuitan Henry melalui akun @proehoeman.

Tanggapan senada juga disampaikan seorang Praktisi Hubungan Masyarakat, Myrna Soeryo. Myrna menyayangkan kembali kata janda dipergunakan oleh seorang figur publik untuk menarik perhatian di ranah media sosial.

Baca Juga: Kasatpol PP Jabar : Perangi Terus, Virus Copid-19 Tak Akan Lenyap

“Janda seolah sudah menjadi kata sakti, agar segera dapat meraih popularitas dari warga netizen, tanpa memperdulikan stigma negatif yang terbentuk serta semakin membebani mental seorang janda dalam menjalani hidupnya,” ujarnya prihatin.

Kata janda, kata Myrna, hanyalah status dan tidak ada makna negatif di balik kata tersebut. Namun, karena pandangan misogini serta tatanan sosial patriarki, kata janda banyak dilekatkan dengan padanan kata yang bermakna negatif. Sehingga membentuk persepsi tidak baik di mata masyarakat terhadap kata janda.

Baca Juga: Trah Sri Sultan HB II Harapkan Gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah

“Sangat disayangkan seorang penulis buku terkenal yang memiliki perhatian besar terhadap isu-isu kesetaraan perempuan, justru juga bisa membuat pernyataan yang salah mengenai kata janda dan ikut serta menambah pembentukan persepsi negatif terhadap janda,” ungkap Myrna menyesalkan.



Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x