"Kami tertarik dengan bagaimana struktur seluler kulit grapefruit dan struktur kerang moluska dapat mencegah kerusakan pada buah atau makhluk di dalamnya, meskipun terbuat dari bahan organik yang relatif lemah," jelasnya.
Baca Juga: Alasan Pembatalan Dinilai Aneh, Ballon d'Or 2020 Ditiadakan Ronaldo Dipastikan Kecewa Berat
“Struktur alami ini mengungkap prinsip kerja material logam-keramik kami yang didasarkan pada interaksi dinamis sesuai beban.”
Dia mengatakan keramik dalam bahan fleksibel terbuat dari partikel yang sangat halus dan menegang hingga mampu menahan apa pun yang mencoba memotongnya.
Makhluk laut abalon terdiri dari sel pelindung berstruktur mirip ubin yang saling terkait dengan bahan biopolimer yang membuatnya antipatah.
Baca Juga: Jauh Tinggalkan China, Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia Bisa Lewati Irak
Untuk menahan upaya perusakan yang paling radikal, tim mengganti bahan organik aragonit yang ditemukan pada kulit moluska dengan bahan baru industri, yaitu keramik alumina, aluminium, dan matriks busa metalik.
"Bahan ini bisa memiliki banyak aplikasi yang berguna sekaligus menarik di industri keamanan dan keselamatan," jelas Szyniszewski. "Faktanya, kami tidak mengetahui apakah ada material non-cuttable lainnya," katanya.
Sementara Dr. Miranda Anderson dari Departemen Filsafat Universitas Stirling mengatakan, nama Proteus dipilih berdasar reaksi transformasi internal dari bahan istimewa ini.
Baca Juga: Terkini: Harga Emas Hari Ini, Naik Terus Gak Pernah Turun
“Tahun 1605, Francis Bacon membandingkan bahan-bahan alami yang mampu berubah bentuk dengan Proteus dan dia berpendapat melalui eksperimen kita dapat mengungkap kualitas metamorfosis sebuah materi," jelasnya.
Szyniszewski menambahkan, "Para peneliti memiliki paten yang saat ini tertunda untuk teknologi material baru dan mereka berharap bisa bekerja dengan pihak industri agar dapat dikembangkan menjadi produk masa depan.” Semua paparan dipublikasikan melalui jurnal Scientific Report.***