Dinamai Dewa Laut Yunani Proteus, Inggris Ciptakan Bahan Metal Pertama yang Tak Bisa Dihancurkan

- 21 Juli 2020, 11:12 WIB
Gedung parlemen Inggris
Gedung parlemen Inggris /Pixabay/derwiki

GALAMEDIA - Terinspirasi grapefruit atau jeruk Barbados yang merupakan persilangan tak sengaja antara jeruk manis dan jeruk bali serta cangkang moluska, para insinyur Inggris berhasil menciptakan bahan serupa metal yang tak bisa dihancurkan.

Material baru ini bahkan membuat bor yang bersentuhan dengannya tumpul. Dikutip Galamedinews dari DailyMail, Selasa (21 Juli 2020) materi baru ini dinamai Proteus, dewa laut Yunani yang mampu berubah bentuk. Selain ringan dan kuat, Proteus mampu menahan hantaman waterjet.

Baca Juga: Kewaspadaan Jabar Tangani Covid-19 Tak Berkurang Hingga Vaksin Ditemukan

Bahan dimaksud dikembangkan tim Universitas Durham dan Institut Fraunhofer, Jerman. Dikatakan, cara kerja Proteus lebih menyerupai makhluk hidup ketimbang benda mati karena interaksi dari upaya membornya memicu reaksi perlawanan.

Proteus diklaim layaknya 'material pintar' yang dibuat dari butiran keramik dan terbungkus dalam struktur aluminium seluler yang dapat digunakan untuk membuat baju besi ringan.

Tim peneliti internasional mendapatkan ide untuk pembuatan bahan baru ini setelah meneliti kulit seluler yang sangat keras dari grapefruit dan  cangkang moluska yang tahan fraktur.

Baca Juga: Kisruh, Pendukung Gibran di Solo Dikeroyok Hingga Diancam Dibunuh

Para peneliti mengatakan Proteus dapat digunakan untuk membuat kunci sepeda yang tidak dapat dipotong dan peralatan pelindung di bidang  konstruksi serta pemeliharaan.

Saat Proteus dipotong dengan bor, getaran dari bola keramik dalam casingnya menumpulkan cakram mata bor. Interaksi keduanya menciptakan interlocking, getaran yang menahan alat pemotong dan membuat kekuatan destruktifnya berbalik.

Baca Juga: Kekasih Yodi Prabowo Suci Fitri Tertawa di TKP Lokasi Penemuan Jenazah, Warga Sebut Kayak Bodo Amat

Selain itu, partikel halus dalam fragmen keramik ikut mengeras sesuai  kecepatan alat pemotong hingga membuatnya tidak dapat berfungsi. “Bilah bor  secara bertahap terkikis dan akhirnya tidak efektif karena kekuatan dan energi cakram atau bornya menjadi lemah dan hancur oleh upaya pemotongannya sendiri," papar tim.

Baca Juga: Heboh, Saat Menstruasi Perempuan Asal Tasik Tiba-Tiba Hamil Besar dan Satu Jam Kemudian Melahirkan

Waterjet atau jet air juga tidak efektif karena permukaan melengkung bidang keramik secara substansial mengurangi kecepatan dan melemahkan kapasitas upaya pemotongan. Dr. Stefan Szyniszewski, Asisten Profesor Mekanika Terapan di Departemen Teknik Universitas Durham mengatakan, semua dimulai dari grapefruit.

"Kami tertarik dengan bagaimana struktur seluler kulit grapefruit dan struktur kerang moluska dapat mencegah kerusakan pada buah atau makhluk di dalamnya, meskipun terbuat dari bahan organik yang relatif lemah," jelasnya.

Baca Juga: Alasan Pembatalan Dinilai Aneh, Ballon d'Or 2020 Ditiadakan Ronaldo Dipastikan Kecewa Berat

“Struktur alami ini mengungkap prinsip kerja material logam-keramik kami  yang didasarkan pada interaksi dinamis sesuai beban.”

Dia mengatakan keramik dalam bahan fleksibel terbuat dari partikel yang sangat halus dan menegang hingga mampu menahan apa pun yang mencoba memotongnya.

Makhluk laut abalon terdiri dari sel pelindung berstruktur mirip ubin yang saling terkait dengan bahan biopolimer yang membuatnya antipatah.

Baca Juga: Jauh Tinggalkan China, Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia Bisa Lewati Irak

Untuk menahan upaya perusakan yang paling radikal, tim mengganti bahan organik aragonit yang ditemukan pada kulit moluska dengan bahan baru  industri, yaitu keramik alumina, aluminium, dan matriks busa metalik.

"Bahan ini bisa memiliki banyak aplikasi yang berguna sekaligus menarik di industri keamanan dan keselamatan," jelas Szyniszewski. "Faktanya, kami tidak mengetahui apakah ada material non-cuttable lainnya," katanya.

Sementara Dr. Miranda Anderson dari Departemen Filsafat Universitas Stirling mengatakan, nama Proteus  dipilih berdasar reaksi transformasi internal dari bahan istimewa ini.

Baca Juga: Terkini: Harga Emas Hari Ini, Naik Terus Gak Pernah Turun

“Tahun 1605, Francis Bacon membandingkan bahan-bahan alami yang mampu berubah bentuk dengan Proteus dan dia berpendapat melalui eksperimen kita dapat mengungkap kualitas metamorfosis sebuah materi," jelasnya.

Szyniszewski menambahkan, "Para peneliti memiliki paten yang saat ini tertunda untuk teknologi material baru dan mereka berharap bisa bekerja dengan pihak industri agar  dapat dikembangkan menjadi produk masa depan.” Semua paparan dipublikasikan melalui jurnal Scientific Report.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah