Antakya Turki Diguncang Gempa Mematikan, Nasibnya Berubah Menjadi Kota Hantu

- 23 Februari 2023, 09:57 WIB
Sebuah bangunan yang hancur terlihat pada malam hari, setelah gempa bumi mematikan, membuatnya seperti kota hantu  di Antakya, Provinsi Hatay, Turki, 21 Februari 2023
Sebuah bangunan yang hancur terlihat pada malam hari, setelah gempa bumi mematikan, membuatnya seperti kota hantu di Antakya, Provinsi Hatay, Turki, 21 Februari 2023 /REUTERS/Clodagh Kilcoyne/

GALAMEDIANEWS - Antakya adalah salah kota di Turki yang tak luput diguncang gempa dahsyat dengan kekuatan 7,8 SR. Kota ini berubah drastis yang dulunya ramai kini berupa seperti kota hantu yang tak berpenghuni.

Baca Juga: Sarapan ala Ade Rai, Kira-kira Apa Saja Ya Menu yang Menjadi Santapannya Sehari-hari?

Baca Juga: UPDATE Korban Gempa Turki : Korban Jiwa Lebih Dari 42.000 Orang

Penduduknya sudah meninggal dan pergi mengungsi meninggalkan kota 

Kota hantu Antakya Jelas terlihat dengan banyaknya truk-truk, kendaraan darurat, dan ekskavator berjejer di jalan-jalan sepi di Antakya, Turki, setelah gempa bumi besar ketiga dalam dua pekan terakhir mempercepat eksodus dari kota yang dulunya ramai itu menjadi kota yang sepi tak berpenghuni.

Selain itu, kondisi Antakya Turki yang porak-poranda dengan jalanan yang gelap gulita, lampu-lampu yang melintas memperlihatkan gundukan reruntuhan, kaca-kaca jendela yang pecah, dan besi-besi yang tersangkut.

Lampu merah dan biru yang berkedip-kedip dari kendaraan militer dan polisi memantul pada fasad bangunan yang miring membuatnya benar-benar menjadi seperti kota hantu

Meski berubah menjadi kota hantu, masih terdengar suara ekskavator yang mengeruk puing-puing bergema di jalanan, sementara polisi, tentara, dan petugas tanggap bencana melihat, berkerumun di sekitar api kecil yang menghiasi trotoar yang retak. Sesekali, penggalian berhenti untuk pekerja darurat memeriksa kemungkinan adanya mayat.

"Semua orang telah tiada," kata Mehmet Ay, seorang pria berusia 50 tahun yang selamat dari gempa yang telah tinggal di Antakya sepanjang hidupnya, dan merupakan salah satu dari sedikit penduduk yang masih bertahan.

"Mereka telah meninggal atau pergi mengungsi." katanya

Dari kejauhan, lanskap kota yang dulunya merupakan gedung-gedung tinggi kini tampak hancur berantakan. Potongan-potongan bantaran sungai runtuh ke dalam air, sementara para tentara menutup jembatan yang rusak.

Baca Juga: Alasan Demosi 1 Tahun Bharada Eliezer Tak Dipecat dari Polri

Papan-papan reklame telah hancur dan papan nama yang berserakan di antara reruntuhan menjadi pengingat akan toko-toko yang dulunya memenuhi jalanan yang ramai.

"Jalanan kami dulu adalah surga," kata Ay. "Dalam satu malam, semuanya hancur."

Ay berlindung bersama istrinya, Fatmeh, dan anak perempuan mereka di salah satu kamp yang didirikan untuk menyediakan tempat tinggal sementara bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.

Sebuah generator meraung-raung di tengah obrolan orang-orang yang berkumpul di sekitar tungku kayu di luar tenda mereka.

"Kami tidak bisa meninggalkan kamp," katanya. "Sulit untuk berjalan-jalan karena berbahaya ke mana pun Anda pergi. Bangunan-bangunan itu berbahaya. Sebelum Anda menyadarinya, sebuah bangunan bisa runtuh dan menimpa Anda."

Sebelumnya, saat matahari terbenam di sebuah alun-alun di sebelah balai kota, para tentara, sukarelawan, dan penyintas berbaris di truk makanan dan pom bensin untuk makan malam dan minum teh.

Di sebuah bundaran, patung pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, yang sedang menunggang kuda, masih berdiri. Tepat di bawahnya, sebuah plakat marmer dengan kutipan terkenalnya tentang provinsi Hatay yang menjadi bagian dari Turki tergeletak di tanah.

"Bencana ini menimpa kami semua," kata Saleem Fawakirji, seorang pencuci piring berusia 57 tahun yang telah tinggal di Antakya selama 12 tahun setelah mengungsi dari Suriah. "Baik yang kaya maupun yang miskin," tambah istrinya, Walaa.

Pasangan suami istri itu, dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki mereka selamat dari gempa 6 Februari dengan merangkak keluar dari celah kecil di reruntuhan. Anak laki-laki tertua mereka tidak berhasil selamat.

Fawakirji mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki rencana untuk meninggalkan kota yang sepi itu. "Lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kita semua kehidupan lain kecuali anak saya. Mengapa harus mengambil resiko sekarang?" katanya.

Ay juga mengatakan bahwa dia berencana untuk tetap tinggal meski kotanya berubah seperti kota hantu 

"Ini akan memakan waktu lama, akan memakan waktu bertahun-tahun, tetapi kami akan membangunnya kembali," kata Ay, seorang pekerja konstruksi.

"Insya Allah akan lebih baik dari sebelumnya." katanya dengan sedih.***

Editor: Imam Ahmad Fauzan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x