Korupsi Mendarah Daging Ikut Andil dalam Ledakan di Beirut, Pemerintahan Lebanon Dibubarkan

- 11 Agustus 2020, 07:12 WIB
SUASANA demonstrasi yang terjadi di Lebanon pasca ledakan di Beirut.*
SUASANA demonstrasi yang terjadi di Lebanon pasca ledakan di Beirut.* //AFP

GALAMEDIA - Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab pada Senin, 10 Agustus 2020 mengundurkan diri dan membubarkan pemerintahannya.

Keputusan diambil setelah masyarakat menggelar rangkaian aksi protes menuntut otoritas setempat bertanggung jawab atas ledakan yang menghancurkan Kota Beirut.

Diab, lewat pidatonya, juga menyebut ledakan dan aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi yang telah mendarah daging di Lebanon.

Ledakan yang disebabkan oleh lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan pada 4 Agustus menyebabkan 163 orang tewas dan lebih dari 6.000 warga luka-luka, serta merusak sebagian besar bangunan di Beirut, ibu kota Lebanon.

Baca Juga: Presiden Jokowi Hari ini Tinjau Uji Coba Vaksin Covid-19 di Bandung

Insiden itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon.

"Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini, (mereka) yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan," kata PM Diab saat mengumumkan pengunduran dirinya.

Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab,. Tetapi ia meminta pihak tersebut untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk.

Demikian isi pengumuman otoritas setempat sebagaimana disiarkan lewat televisi. Pemerintahan Diab terbentuk pada Januari dan ia mendapat dukungan dari kelompok Hezbollah di Iran.

Baca Juga: 11 Agustus: Pembukaan Penjara Alcatraz Hingga Lahirnya Arema FC

Jelang pengunduran diri PM Diab, aksi protes massa di Kota Beirut memasuki hari ketiga. Beberapa pengunjuk rasa melempar batu ke aparat keamanan yang berjaga di pintu masuk depan gedung parlemen. Aparat pun membalas dengan melempar gas air mata.

Bagi banyak warga Lebanon, ledakan itu jadi peristiwa terakhir yang menyulut kesabaran rakyat. Pasalnya, mereka menghadapi krisis yang disebabkan oleh terpuruknya sektor ekonomi, korupsi, dan tata kelola pemerintahan yang buruk.

Rangkaian kekecewaan itu yang akhirnya mendorong warga turun ke jalan menuntut perubahan hingga ke akar.

"Seluruh rezim harus berubah. Tidak ada artinya ada pemerintahan baru (jika rezim tak berubah)," tegas seorang insinyur asal Beirut, Joe Haddad.

Baca Juga: Harga Emas Mulia Hari Ini Selasa 11 Agustus 2020, Mumpung Turun Saatnya Membeli

"Kami menuntut segera ada pemilihan umum," terang dia.

Dilansir Antara, sistem pemerintahan di Lebanon mewajibkan Presiden Aoun untuk berdiskusi dengan parlemen sebelum menentukan perdana menteri yang akan menggantikan Diab. Ia diwajibkan untuk mengusulkan calon perdana menteri dan mengumpulkan dukungan dari anggota parlemen.

Sebagian besar masyarakat telah lama menuntut pemerintahan yang dipimpin PM Diab dibubarkan. Sejumlah menterinya mundur lebih dulu pada akhir minggu lalu sampai Senin.

Sementara sisanya, termasuk menteri keuangan, berencana mengikuti langkah tersebut, kata beberapa sumber di kalangan kementerian dan pengamat politik.

Diab pada Sabtu, 8 Agustus 2020 mengatakan, ia meminta pemilihan parlemen diselenggarakan lebih cepat.

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x