Indonesia Diambang Resesi, Faisal Basri: Pemahaman Menko Perekonomian Nol Besar

- 31 Agustus 2020, 16:32 WIB
Faisal Basri menyatakan pemahaman Menko Perekomian Airlangga Hartarto soal resesi nol besar.
Faisal Basri menyatakan pemahaman Menko Perekomian Airlangga Hartarto soal resesi nol besar. /

GALAMEDIA - Ekonom Faisal Basri menyatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto tidak memahami soal resesi.

"Menko Perekonomian saja, pemahaman resesinya nol besar," ujar Faisal saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Jakarta, Senin 31 Agustus 2020.

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini mengatakan, pengertian resesi yang disampaikan Airlangga cukup keliru. Soalnya Airlangga menafsirkan resesi tidak akan terjadi jika persentase pertumbuhan ekonomi pada kuartal setelahnya mengalami penurunan.

Baca Juga: Vaksin Corona Rusia, Dokter Yunani Beberkan Kerahasiaannya ke Publik

Misalnya, lanjut dia, pada kuartal II-2020 5,3 persen, sementara pada kuartal III tahun ini minus 3 persen, maka resesi tidak akan terjadi.

Bahkan, dia bilang semacam sebuah konsensus atau kesepakatan yang disampaikan media massa bahwa selama dua kuartal pertumbuhan ekonominya berturut-turut minus namun persentasenya menurun tidak akan mengalami resesi.

"Kata Menko Perekonomian, kalau kuartal II 5,3 persen minusnya, terus kuartal III minus 3 persen itu enggak resesi. Karena minusnya turun. Ngeri tidak, Pak? Komandan ekonominya tidak ngerti resesi apa. Saya katakan tadi, kata Airlangga kalau minusnya turun tidak resesi, iya tidak ada itu. Itu ketua komite kebijakan," ujarnya.

Baca Juga: Seorang Wanita Robek dan Ludahi Al-Qur'an, Ibu Kota Norwegia Rusuh

Disebutkan, resesi itu terjadi bila level of output dari Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan dalam kurun waktu tertentu, baik selama bulan ataupun tahunan.

Sebelumnya, Faisal memproyeksikan kontraksi ekonomi dalam negeri pada kuartal III-2020 akan minus atau negatif di angka 3 persen. Meski begitu, proyeksi ini dapat dihindari jika pemerintah terus menggenjot program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Faisal menyarankan, pemerintah seyogyanya jangan fokus untuk menghindari resesi. Namun, lebih memasifkan penanganan Covid-19 dan program PEN bagi sejumlah sektor yang terdampak.

Baca Juga: Diburu-buru Presiden Donald Trump, Vaksin Corona Amerika Serikat 'Dipaksakan' Beres

"Perkiraan saya minus 3 persen di kuartal III 2020. Jangan fokus menghindari resesi," ujar Faisal.

Tentu, proyeksi Faisal berbeda dengan penilaian pemerintah. Melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, pemerintah memprediksi pada kuartal III-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 0 persen hingga minus 2 persen.

Dirinya mengatakan, adapun resiko tekanan pada pasar keuangan belum pulih serta proyeksi pada tahun 2020 bisa minus 1,1 persen hingga 0 persen.

"Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata, kuartal III outlook-nya antara 0 persen hingga negatif 2 persen," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: BLT Pegawai Bergaji di Bawah Rp 5 Juta Tahap II Besok Cair Untuk 3 Juta Orang, Siap Cek Rekening Ya

Dia melanjutkan, berbagai negara mulai memperlihatkan kontraksi ekonomi yang semakin nyata, baik di negara maju maupun negara berkembang.

Pertumbuhan ekonomi yang negatif, bahkan hingga menyentuh angka 2 digit ini, terjadi akibat ketidakpastian yang cukup tinggi terutama karena masih dibayangi oleh pandemi Covid-19.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x