Suka Duka Tenaga Medis yang Jadi Garda Terdepan dalam Penanganan Covid-19 di Cimahi

- 1 September 2020, 18:21 WIB
Astri Permatasari (32), tenaga medis di salah satu Puskesmas di Cimahi, (Laksmi Sri Sundari)
Astri Permatasari (32), tenaga medis di salah satu Puskesmas di Cimahi, (Laksmi Sri Sundari) /

GALAMEDIA - Pandemi Covid-19 memang menyisakan banyak cerita pilu. Salah satunya adalah cerita pahit dari tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan virus yang menjadi ancaman global ini.

Beban berat yang harus ditanggung oleh tenaga medis saat ini semakin meningkat. Tidak hanya harus siap menghadapi banyaknya pasien yang terpapar pandemi Covid-19 setiap harinya, tetapi jumlah tenaga medis yang gugur juga semakin bertambah.

Seperti yang diungkapkan Astri Permatasari (32), tenaga medis di salah satu Puskesmas di Cimahi, yang selama beberapa hari terakhir disibukkan dengan adanya swab test masal bertahap terhadap guru, masyarakat umum, dan sejumlah wartawan.

Baca Juga: Palestina dalam Tekanan, AS dan Israel Semakin Mesra dengan UEA

Rutinitas Astri dimulai pukul 07.00 WIB yang harus berada di tempat kerja. Istirahat sesaat, kemudian mulai bersiap mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap mulai dari baju hazmat, face shield, masker, hingga sarung tangan sebelum menghadapi orang-orang yang akan menjalani tes Covid-19.

"Memang beberapa hari ini agak sibuk swab test. Mungkin seminggu lebih, karena banyak banget yang diswab test, terutama guru, karena jumlahnya seribu orang lebih. Kerja Senin sampai Jumat full, tapi memang ada sistem shift," ungkap Astri saat ditemui di Puskesmas Cimahi Tengah Jln. Djulaeha Karmita, Selasa, 1 September 2020.

Selama melaksanakan tugasnya, Astri mengaku banyak suka dan duka yang dirasakan. Paling terasa yakni ketika setiap hari ia dan teman-temannya harus mengenakan baju hazmat.

Baca Juga: PKB Garut Berduka, Dewan Syuro PKB H Mahdi Munawar Tutup Usia

"Ya paling terasa itu kita tiap hari harus pakai baju hazmat, karena itu kan panas, terus engap, belum lagi kita pakai masker dan face shield, jadi menghirup oksigen dan karbondioksida secara bersama-sama, enggak sehat juga jadinya. Kita maksimal boleh pakai APD ini selama 3 jam. Karena lemas juga kalau lebih dari itu," terangnya.

Lalu saat pulang, ia terpaksa bersih-bersih agar tidak menimbulkan risiko penularan pada anggota keluarga yang ada di rumah, terutama anak-anak.

"Jadi sebelum sampai rumah kita harus menjamin dulu kebersihan diri biar tidak ada risiko penularan Covid-19. Kalau khawatir ya jelas lah, tapi kan kita juga sudah antisipasi, jadi mudah-mudahan engga ada yang sampai tertular," bebernya.

Baca Juga: Pangeran Arab Saudi Didepak dari Jabatan Penting di Kementerian Pertahanan

Meskipun jadi garda terdepan ketika kasus Covid-19 di Cimahi mengalami lonjakan, namun pihaknya mengapresiasi dukungan dari pemerintah yang menjamin ketersediaan APD.

"Kalau di Cimahi ini APD-nya sangat terjamin, Alhamdulillah tidak ada kekurangan," ucapnya.

Satu hal yang jadi keprihatinannya yakni masyarakat yang belakangan mulai mengendurkan kewaspadaan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19, dengan melonggarkan penerapan kedisiplinan protokol kesehatan.

Baca Juga: Daftar Tarif Tol Cipularang dan Padaleunyi Setelah Naik Per 5 September 2020

"Kalau dari kami sih mengingatkan masyarakat jangan lupa menerapkan protokol kesehatan, karena kan pandemi ini belum berakhir. Jangan sampai ada tambahan kasus lagi, dan berharap saja pandemi ini segera berakhir," pungkasnya. ***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x