GALAMEDIANEWS - Selama satu abad terakhir, konflik antara Zionis Israel dan warga Palestina telah menelan puluhan ribu nyawa, menggusur jutaan orang, dan membentuk lanskap politik Timur Tengah. Memahami akar dan perkembangan konflik ini sangat penting bagi siapa pun yang ingin memahami lapisan yang rumit dan tantangan yang dihadapinya saat ini.
Deklarasi Balfour: Benih Pertikaian (1917)
Lebih dari satu abad yang lalu, Deklarasi Balfour mengawali serangkaian peristiwa yang masih berdampak di Timur Tengah. Pada tahun 1917, Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh masyarakat Yahudi Inggris yang terkemuka.
Dokumen 67 kata ini tampaknya tidak berarti, namun berisi dukungan Inggris untuk "pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi." Implikasi dari deklarasi ini akan memiliki konsekuensi yang mendalam.
Saat itu, Palestina adalah rumah bagi mayoritas penduduk asli Palestina, yang berjumlah lebih dari 90 persen dari populasi. Mandat Inggris yang dibentuk pada tahun 1923 memfasilitasi imigrasi Yahudi massal, karena banyak orang Yahudi melarikan diri dari peningkatan Nazisme di Eropa.
Kedatangan pendatang baru ini memicu ketegangan dan protes di antara penduduk Palestina, yang khawatir dengan perubahan demografi dan penyitaan tanah mereka yang akan diserahkan kepada para pemukim Yahudi.
Baca Juga: Hari Ini, Diperkirakan Ada 2 Juta Orang dalam Aksi Bela Palestina di Monas Jakarta
Ketidakstabilan tahun 1930-an
Ketegangan yang terus meningkat dalam beberapa dekade berikutnya mencapai puncaknya dalam Pemberontakan Arab pada tahun 1936 hingga 1939. Komite Nasional Arab yang baru terbentuk memanggil warga Palestina untuk meluncurkan mogok umum, menahan pembayaran pajak, dan memboikot produk-produk Yahudi sebagai bentuk protes terhadap kolonialisme Inggris dan imigrasi Yahudi yang semakin meningkat.
Inggris meresponsnya dengan keras, termasuk penangkapan massal, penghancuran rumah-rumah sebagai hukuman, serta serangan udara yang sangat merugikan - praktik-praktik yang mirip dengan konflik saat ini.
Pemberontakan berlanjut hingga akhir tahun 1930-an, dipimpin oleh gerakan perlawanan petani Palestina yang menargetkan pasukan Inggris dan kolonialisme. Hingga akhir tahun 1939, Inggris telah menempatkan 30.000 tentara di Palestina.