GALAMEDIANEWS - Jalur Gaza Palestina merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena genosida dan pembersihan etnis yang berlangsung oleh Israel. Sejak perang dimulai pada 7 Oktober, lebih dari 10.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak, telah kehilangan nyawa mereka, dan situasinya terus memburuk.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa jumlah korban luka telah mencapai 25.965 orang. Dalam tindakan yang menghancurkan, militer Israel memberlakukan blokade total di Gaza pada 9 Oktober, yang termasuk larangan air dan makanan. Dua hari kemudian, listrik dimatikan, dan masuknya bantuan dan bahan bakar dibatasi, meninggalkan 1,5 juta penduduk Gaza semakin rentan.
Kekurangan Air yang Parah Mengancam Nyawa
Gaza telah berjuang dengan situasi air yang memburuk selama bertahun-tahun. Pada tahun 2021, Institut Global untuk Air, Lingkungan, dan Kesehatan, bersama dengan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, menyatakan bahwa 97% air Gaza "tidak dapat diminum." Dengan konflik yang berlanjut, situasinya semakin memburuk karena kekurangan listrik telah mengganggu pengoperasian pabrik desalinasi dan pengolahan air limbah, mengancam akses air minum yang aman.
Pada 4 November, Israel menghancurkan sebuah reservoir air di utara Gaza dan tangki air umum yang memasok beberapa lingkungan di selatan. Banyak warga Gaza sekarang terpaksa minum air yang tercemar dan asin, mengantri selama berjam-jam untuk mendapatkan air minum. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan 50 hingga 100 liter air per orang per hari, tetapi Gaza hanya menerima tiga liter untuk semua kebutuhan sehari-hari, termasuk minum dan kebersihan.
Ketidakamanan Pangan Meningkat
Bahkan sebelum serangan pada 7 Oktober, 80% dari populasi Gaza dianggap mengalami ketidakamanan pangan. Hampir setengah dari 2,3 juta penduduk mengandalkan bantuan pangan dari Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi Pengungsi Palestina (UNRWA). Aliran pasokan penting telah sangat dibatasi.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) melaporkan bahwa sejak 21 Oktober, hanya sejumlah truk terbatas yang membawa makanan dan pasokan lainnya yang diizinkan masuk ke Gaza. Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa stok pangan hampir habis, dengan hanya lima hari pasokan tersisa. Setiap orang yang menerima bantuan makanan WFP, setidaknya ada enam orang lain yang membutuhkannya.
Editor: Ryan Pratama
Sumber: Al Jazeera