GALAMEDIA - Ribuan migran termasuk balita tidur di sepanjang jalanan pulau Lesbos, Yunani setelah kobaran api menghancurkan kamp darurat mereka hingga rata dengan tanah. Para migran berlarian menyelamatkan diri tanpa tujuan pasti saat api berkobar.
Mereka tidur di mana saja mulai dari pinggiran jalan, tempat parkir supermarket hingga ladang yang tersebar di pulau yang tadinya diharapkan menjadi pijakan harapan.
Baca Juga: Dukung PSBMK, Ajay Minta Kesepakatan Bersama Kepala Daerah yang Berbatasan dengan Kota Cimahi
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Jumat (11 September 2020) Lesbos, Yunani saat ini menghadapi krisis migran terbesar Eropa sejak 2015. Ada sekitar 12.500 orang di kamp yang terbakar.
Kebakaran di awal pekan di Moria memaksa ribuan orang melarikan diri. Titik berkumpul para migran yang biasa penuh sesak itu kini tinggal rangka baja. Api yang berkobar membuat konstruksi baja dan tenda-tenda terpal meleleh.
Baca Juga: Asam Lambung Naik Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Ini Alasannya
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut kebakaran tersebut merupakan reaksi keras dari warga yang tak terima dan dibuat frustrasi oleh aturan karantina terkait Covid yang diberlakukan. Termasuk bagi para migran.
Kebakaran susulan sehari setelah insiden pertama menghancurkan apa pun yang tersisa. Polisi diturunkan untuk mencegah para migran mencapai kota utama pulau Mytilene dengan ‘mengurung’ mereka di ladang dan pinggiran jalan sekitar.
Baca Juga: Selama PSBB Jakarta, Laporan Pemakaian Listrik Bisa Melalui WhatsApp ke Nomor Ini
Salah seorang mighran asal Kongo, Valencia memberikan kesaksian. Bertelanjang kaki, bocah delapan tahun itu memberi isyarat pada wartawan Reuters jika dirinya lapar dan meminta biskuit.
"Rumah kami terbakar, sepatuku juga terbakar, kami tidak punya makanan, tidak ada air setetes pun," ujarnya. Bersama ibunya Natzy Malala (30) dan adiknya yang baru lahir, mereka tidur di pinggir jalan. "Tidak ada makanan, tidak ada susu untuk bayiku," ungkap Natzy.
Baca Juga: Berteknologi Tinggi, China Diam-diam Bangun Kota Anti-pandemi dan Tahan Covid-19
Sementara itu, kementerian migrasi Yunani menyatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan guna memastikan keluarga migran yang paling rentan dapat memiliki tempat berlindung.
Meski demikian, kebijakan ini dipastikan bakal mendapat perlawanan keras dari penduduk setempat. Pihak berwenang sebelumnya terlibat perselisihan mengenai rencana mengganti Moria dengan pusat penerimaan migran.